Baca Juga: 17 Ide Nama Usaha Kue Kacang Kekinian untuk Sajian Lebaran
Ilustrasi Filosofi Kupat Lebaran.
Selain "ngaku lepat", kupat juga melambangkan "laku papat" atau empat tindakan penting dalam Lebaran, yaitu:
Lebaran
Kata "Lebaran" berasal dari bahasa Jawa yang berarti selesai. Ini melambangkan berakhirnya bulan puasa dan kembalinya umat Islam ke keadaan yang fitri (suci).
Luberan
Berasal dari kata "luber" yang berarti melimpah. Ini mengajarkan kita untuk berbagi rezeki, salah satunya dengan mengeluarkan zakat fitrah bagi mereka yang membutuhkan.
Leburan
Kata "lebur" berarti habis. Maknanya, saat Lebaran tiba, dosa-dosa dihapuskan karena kita saling memaafkan satu sama lain.
Laburan
"Labur" berasal dari kata "kapur" yang digunakan untuk memutihkan sesuatu. Ini mengingatkan kita untuk selalu menjaga kebersihan lahir dan batin, agar setelah Lebaran, kita menjadi pribadi yang lebih baik.
Baca Juga: 17 Ide Nama Usaha Kacang Telur untuk Sajian Lebaran, Bikin Bisnis Makin Laris!
Kupat bukan cuma makanan yang bikin kenyang, tapi juga warisan budaya yang penuh makna.
Setiap jalinan anyaman pada kulit kupat menggambarkan hubungan manusia yang saling terikat, mengajarkan kita untuk tetap rukun dan menjunjung nilai kebersamaan.
Di tengah perkembangan zaman, tradisi makan kupat saat Lebaran tetap bertahan.
Bahkan, banyak inovasi olahan kupat seperti kupat tahu, kupat glabed, atau kupat sayur yang terus digemari hingga kini.
Baca Juga: 17 Ide Nama Usaha Kastengel untuk Sajian Lebaran, Biar Bisnismu Makin Laris!
Lebaran tanpa kupat rasanya memang kurang lengkap. Tapi lebih dari sekadar makanan, kupat juga mengajarkan kita tentang makna Lebaran yang sesungguhnya, yaitu mengakhiri bulan suci dengan hati yang bersih, saling berbagi, memaafkan, dan menjadi pribadi yang lebih baik.
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: Buku Kuliner Tradisi