Filosofi lemper dalam budaya Jawa.
INDOZONE.ID - Indonesia memiliki beragam jajanan tradisional yang masih eksis dan tak kalah dengan jajanan modern saat ini. Salah satunya yaitu lemper.
Lemper merupakan makanan ringan yang biasa hadir dalam berbagai acara. Mulai dari acara besar hingga rumahan.
Namun tahukah kamu, ternyata jajanan tradisional yang terbuat dari ketan dengan isian daging cincang ini ternyata memiliki filosofi dalam budaya Jawa.
Filosofi lemper dalam budaya Jawa.
Baca Juga: Serem! Bukan Daging Ayam Melainkan Benda ini yang Dimasukkan ke Dalam Lemper
Menurut ajaran leluhur masyarakat Jawa, lemper menjadi simbol nasihat untuk selalu rendah hati.
Sesuai dengan kepanjangan lemper, yakni yen dialem atimu ojo memper, artinya tidak boleh sombong ketika dipuji orang lain.
Makna lemper mengingatkan bahwa manusia tak lepas dari kesalahan dan kekurangan. Untuk itu, bila pujian datang menghampiri, itu hanyalah sebagian kecil dari apa yang ada pada manusia.
Dengan memiliki kerendahan hati, hubungan dengan Tuhan dan manusia pun akan terjaga dengan baik.
Selain itu, tersirat nasihat-nasihat lainnya yang ada pada lemper.
Lemper yang terdiri dari tiga bagian penting, yakni daun pisang, nasi ketan, dan daging cincang, punya makna masing-masing yang saling terkait.
Ketan yang menjadi bahan utama lemper dan bersifat lengket juga memiliki makna sendiri. Ketan merupakan singkatan dari ngraketaken paseduluran, artinya mempererat persaudaraan.
Dua buah tusuk lidi yang menjadi pengait lemper merupakan simbol rukun iman dan rukun Islam.
Baca Juga: Lemang, Makanan Jadul Dimasak Pakai Bambu Lalu Dibakar, Sekilas Mirip Lemper Jumbo
Daun pisang sebagai pembungkus lemper menyimbolkan segala hal buruk. Untuk dapat memakan lemper, perlu dibuka dahulu daun pembungkusnya.
Hal ini mengibaratkan untuk bisa mendapat hal baik dalam kehidupan, harus mebersihkan diri dahulu dengan melepaskan hal buruk.
Setelah pembungkusnya dilepaskan, barulah legitnya ketan yang lezat bisa dinikmati. Namun, kenikmatan tersebut hanya sementara karena bukan tujuan akhir.
Isian daging cincang yang ada di dalamnya diibaratkan kehidupan akhirat yang merupakan tujuan akhir.
Momen paling bahagia ketika memakan lemper adalah sampai pada bagian isiannya, sama seperti kehidupan akhirat yang harus diupayakan untuk mencapai kebahagiaan abadi.
Itulah makna filosofi dari sebuah lemper dalam sudut pandang budaya Jawa.
Banyak hal yang bisa dipelajari dari makna-makna yang melekat pada lemper, mulai dari tidak boleh sombong saat diberi pujian, menguatkan rasa persaudaraan, hingga fokus dalam mengejar urusan akhirat.
Writer: Putri Octavia Saragih
Konten ini adalah kiriman dari Z Creators Indozone.Yuk bikin cerita dan konten serumu serta dapatkan berbagai reward menarik! Let's join Z Creators dengan klik di sini.
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: Z Creators