Ilustrasi makanan berbasis tumbuhan.
INDOZONE.ID - Makanan berbasis tumbuhan (plant-based) telah menjadi tren yang berkembang pesat di berbagai belahan dunia.
Dari restoran cepat saji hingga supermarket, pilihan makanan vegan dan vegetarian semakin mudah ditemukan.
Banyak orang mulai beralih ke diet berbasis tumbuhan untuk alasan kesehatan, lingkungan, dan etika, tetapi pertanyaannya adalah, apakah tren ini akan bertahan dalam jangka panjang, atau hanya sekadar fenomena sementara?
Salah satu alasan utama di balik popularitas makanan berbasis tumbuhan adalah kesadaran akan dampak industri peternakan terhadap lingkungan.
Produksi daging, terutama daging sapi, memerlukan sumber daya yang besar seperti air dan lahan, serta menghasilkan emisi gas rumah kaca dalam jumlah signifikan.
Baca Juga: 11 Makanan Cegah Penyakit Kanker Payudara, dari Sayuran hingga Biji-bijian
Menurut beberapa penelitian, pengurangan konsumsi daging dapat mengurangi jejak karbon individu secara substansial, yang membuat banyak orang beralih ke alternatif berbasis tumbuhan sebagai cara untuk berkontribusi pada kelestarian planet.
Selain itu, makanan berbasis tumbuhan juga sering kali dianggap lebih sehat dibandingkan produk hewani.
Studi menunjukkan bahwa diet yang kaya akan sayuran, buah-buahan, dan protein nabati, dapat membantu mengurangi risiko penyakit jantung, diabetes, dan beberapa jenis kanker.
Banyak produk plant-based seperti burger nabati, yang kini menawarkan rasa dan tekstur yang sangat mirip dengan daging, membuat transisi ke pola makan tanpa daging lebih mudah bagi konsumen.
Namun, meskipun popularitasnya meningkat, ada tantangan yang dihadapi oleh industri makanan berbasis tumbuhan.
Salah satu kritik utama adalah bahwa produk-produk ini sering kali diproses secara intensif dan mengandung bahan aditif.
Beberapa orang mempertanyakan apakah produk ini benar-benar lebih sehat dibandingkan daging alami yang tidak diproses.
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: BBC, The Guardian