Dengan kemajuan dan pengaruh modernisasi, pakaian adat ini kemudian dilengkapi dengan kain untuk atasannya.
Saat ini, bahan alam berupa jerami atau serat kering hanya digunakan sebagai bawahan rok untuk para perempuan.
Rok tersebut dibuat dengan mengambil serat-serat tumbuhan dan merangkainya dengan tali di bagian atasnya.
Sebagai atasan, digunakan baju kurung dari bahan kain beludru dengan pernik rumbai bulu di bagian tepi lengan, leher, atau pinggang.
Selain baju dan rok, pakaian adat Papua Barat untuk wanita dilengkapi dengan beragam aksesoris seperti gelang, kalung, dan penutup kepala.
Pakaian adat Ewer untuk pria terbuat dari kain beludru dengan model tertutup.
Celana pendek sebatas lutut lengkap dengan kain penutup yang menjuntai di bagian depan digunakan sebagai bawahan,
Setiap tepi potongan baju Ewer pria, baik untuk celana, rompi, maupun kain penutup, dihiasi dengan batas kain berwarna terang.
Koteka adalah pakaian untuk menutup kemaluan laki-laki dalam budaya sebagian penduduk asli Pulau Papua.
Pakaian adat Papua ini terbuat dari kulit labu air (nama ilmiah Lagenaria siceraria). Isi dan biji labu tua dikeluarkan dan kulitnya dijemur.
Secara harfiah, kata Koteka bermakna 'pakaian', berasal dari bahasa salah satu suku di Kabupaten Paniai, Papua.
Sebagian suku pegunungan Jayawijaya menyebutnya holim atau horim.
Ukuran dan bentuk koteka sendiri tidak berkaitan dengan status pemakainya, tapi lebih kepada aktivitas pengguna.
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: Antara