Makanan Cap Go Meh (pandacheffy.medium.com)
Lima belas hari setelah perayaan Tahun Baru Imlek, masyarakat Tionghoa di seluruh dunia akan merayakan Cap Go Meh.
Cap Go Meh adalah perayaan masyarakat Tionghoa yang menandakan bahwa Tahun Baru Imlek sudah berakhir.
Kemeriahan perayaan Cap Go Meh diwarnai dengan aneka kuliner khas yang bisa disantap saat berkumpul bersama keluarga dan kerabat.
Ada lima makanan yang selalu hadir saat perayaan Cap Go Meh. Berikut INDOZONE rangkum lima makanan Cap Go Meh yang ada di Indonesia.
Lontong Cap Go Meh menjadi hidangan wajib yang selalu ditemui saat perayaan Cap Go Meh.
Lontong Cap Go Meh merupakan masakan peranakan Tionghoa yang dipadukan dengan masakan Jawa.
Berdasarkan sejarahnya, pada abad ke-14 para etnis Tionghoa yang merantau ke nusantara dilarang membawa pasangan, maka dari itu mereka menikahi gadis Jawa.
Sejak saat itu, lahirlah kuliner Lontong Cap Go Meh untuk menggantikan sajian Yuan Xiao bagi kaum Peranakan-Jawa.
Hidangan Lontong Cap Go Meh biasanya disajikan dengan opor ayam, sayur lodeh, telur pindang, dan sambal goreng hati.
Tak lupa pula bubuk kedelai, parutan kelapa dan kedelai yang dikukus (docang), serta parutan kelapa yang dimaniskan (abing).
Bentuk lontong yang panjang dipercaya melambangkan umur panjang, telur dan kuah yang keemasan melambangkan keberuntungan, dan kedelai dianggap pembawa rezeki.
Dalam bahasa Mandarin, kue keranjang dikenal dengan sebutan Nian Gao, sementara dalam dialek Hokkien disebut dengan Ti Kwe.
Tradisi menyantap kue keranjang sebelum hidangan utama dipercaya masyarakat Tionghoa dapat membawa keberuntungan sepanjang tahun.
Kue keranjang terbuat dari tepung ketan dan gula dengan tekstur yang lengket, melambangkan persaudaraan yang erat dan menyatu.
Makanan khas Cap Go Meh ini memiliki bentuk bundar tanpa sudut, yang bermakna kebersamaan dan kekeluargaan.
Menurut legendanya, kue keranjang menjadi sajian yang dibuat oleh Gao untuk mengusir raksasa bernama Nian, oleh karena itu nama lain kue keranjang dikenal dengan sebutan Nian Gao.
Kue keranjang melambangkan kegigihan, keuletan, dan pantang menyerah dalam meraih tujuan hidup karena proses pembuatannya membutuhkan waktu yang lama dan tenaga yang ekstra.
Kue keranjang biasanya juga disusun bertingkat, dengan maksud agar ada peningkatan rezeki dan kemakmuran di tahun yang baru.
Di Tiongkok, Cap Go Meh dikenal juga dengan sebutan Festival Yuan Xiao atau Festival Shangyuan.
Yuan Xiao merupakan sajian khas yang menjadi bagian penting dalam festival tersebut.
Yuan Xiao terbuat dari tepung beras dan dibentuk bola-bola dengan warna putih, pink, dan hijau.
Makanan ini memiliki makna persatuan dan perekat keluarga karena Cap Go Meh menjadi momen untuk berkumpul dengan kerabat.
Menurut legenda, makanan ini pada mulanya disebut Tangyuan, sementara Yuan Xiao adalah nama seorang gadis juru masak di kerajaan Dinasti Han.
Saat Cap Go Meh tiba, Yuan Xiao membuat banyak Tangyuan dengan rasa terbaik, hingga Kaisar merasa terkesan.
Yuan Xiao pun diizinkan pulang menemui keluarganya, dan sejak saat itu Tangyuan diganti namanya menjadi Yuan Xiao.
Menurut sejarahnya, onde-onde telah hadir sejak masa Dinasti Tang, dan menjadi makanan resmi di Changan.
Pada masa itu, onde-onde dikenal dengan sebutan ludeui. Namun, dalam bahasa China, onde-onde memiliki arti bola wijen.
Sejak saat itu, onde-onde berkembang luas sampai ke daerah Asia Timur dan Tenggara setelah dibawa oleh para pendatang.
Onde-onde di Cina utara disebut matuan, di timur laut Cina disebut ma yuan, di Hainan disebut zhen dai, di Malaysia disebut kuih bom, dan di Vietnam disebut banh cam atau banh ran.
Makanan Cap Go Meh ini terbuat dari tepung ketan, dibentuk bundar dengan isian kacang hijau dan ditaburi biji wijen.
Setelah digoreng, onde-onde akan berwarna kuning keemasan, yang dipercaya melambangkan keberuntungan.
Permukaan onde-onde yang dilapisi wijen juga memiliki makna harapan untuk kehidupan yang lebih baik.
Masyarakat Tionghoa percaya bahwa jeruk adalah simbol kemakmuran, tak heran jika buah ini selalu ada saat Imlek dan Cap Go Meh.
Warna oranye pada jeruk mandarin diibaratkan sebagai emas yang melambangkan keberuntungan dan energi yang positif.
Bentuk jeruk yang bundar juga menjadi simbol kesempurnaan bagi masyarakat Tionghoa.
Terdapat tradisi melempar jeruk ke laut yang dilakukan oleh masyarakat China Selatan sejak abad ke-19.
Wanita yang melakukan tradisi melempar jeruk saat perayaan Cap Go Meh dipercaya akan segera mendapatkan jodoh.
Tradisi ini juga masih dilakukan oleh para wanita di Penang dan sekitar Desa Klang.
Mereka akan menulis nama dan nomor kontak pada jeruk, sebelum jeruk dilemparkan ke sungai atau laut.
Lalu para pria di sekitarnya akan mengambil jeruk yang sudah dilemparkan tersebut, dengan harapan semoga mereka berjodoh.
Nah, itulah kuliner khas yang mewarnai perayaan Cap Go Meh. Dari semua makanan, mana nih yang jadi favorit kamu?
Artikel Menarik Lainnya:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: