Selasa, 15 APRIL 2025 • 14:15 WIB

Mengenal Rijstaffel: Simbol Kemewahan dari Percampuran Budaya Kuliner Pribumi dan Eropa Pada Abad Ke-19

Author

Pada paruh kedua abad ke-19 sendiri terdapat kebudayaan indis yang berkembang dalam bidang kuliner di Indonesia pada masa kolonial dengan nama

INDOZONE.ID - Dalam sejarah Indonesia tidak bisa dipungkiri pasti memiliki keterkaitan dengan budaya Eropa. Indonesia yang sudah dijajah selama ratusan tahun oleh bangsa Eropa khususnya belanda, menghasilkan banyak sekali kebudayaan baru yang muncul dari hasil akulturasi antara keduanya

Banyak sekali aspek kebudayaan yang berkembang di Indonesia pada abad ke-19 yang mendapatkan sentuhan Eropa, mulai dari bidang politik, sosial dan ekonomi. Budaya Eropa mempengaruhi berbagai aspek aspek kehidupan masyarakat pribumi hingga yang terkecil.

Salah satu aspek yang menarik untuk dibahas adalah pengaruh Eropa di bidang kuliner. Bidang kuliner seringkali diabaikan karena dirasa kurang menarik padahal aspek kuliner memiliki segudang cerita dibaliknya.

Tidak seperti pengaruhnya di bidang lain seperti arsitektur, fashion, dan lain sebagainya yang bisa diganti seiring perkembangan zaman, pengaruh kebudayaan eropa di bidang kuliner seringkali susah untuk diganti maupun dihapuskan karena sudah menjadi kebiasaan kolektif masyarakat, seperti contohnya penggunaan sendok dan garpu.

Baca Juga: Resep Cimol Keju Anti Gagal yang Enak dan Lumer di Dalam

Walaupun hingga sekarang masyarakat juga kerap kali menggunakan tangan langsung untuk makan. Akan tetapi adanya sendok dan garpu tidak bisa dihilangkan seluruhnya dalam keseharian masyarakat Indonesia.

Rijstaffel Sebagai Percampuran Budaya Kuliner

Pada paruh kedua abad ke-19 sendiri terdapat kebudayaan indis yang berkembang dalam bidang kuliner di Indonesia pada masa kolonial dengan nama "Rijstaffel", istilah penamaan dari perpaduan budaya kuliner ini disematkan oleh masyarakat Belanda untuk jamuan hidangan Indonesia yang ditata komplit diatas meja.

Perpaduan budaya antara Indonesia dan Belanda atau yang kerap juga disebut kebudayaan Indis ini, dapat tercermin dalam Rijstaffel melalui cara pelayanan, tata cara makan, dan juga jenis hidangannya.

Jejak Rijstaffel sendiri bisa dilihat di berbagai sumber kolonial pada kurun waktu 1870-1942 yang mana pada saat itu banyak berkembang berbagai kebudayaan Indis di Indonesia.

Berkembangnya kebudayaan Rijstaffel sebenarnya memiliki kesamaan dengan berbagai kebudayaan Indis lainnya, di mana pada mulanya para pejabat Eropa yang dilarang membawa istri ke Hindia Belanda membuat mereka kemudian menikah dengan masyarakat pribumi.

Hal inilah yang kemudian menghasilkan darah keturunan campuran yang juga membawa perkembangan budaya campuran.

Baca Juga: Empal Gude Ala Teh Iin Pangandaran: Masakan Rumahan yang Bikin Kangen Kampung

Rijstaffel Sebagai Simbol Kemewahan di Hindia Belanda

Pada masa kolonial pandangan umum mengenai orang Belanda yang ada di Indonesia, membuat Rijstaffel dianggap sebagai kemewahan dan kemasyhuran.

Padahal konsep Rijstaffel sederhananya merupakan budaya memakan makanan Indonesia yang dikemas dengan aspek modern dan tampilan yang memikat.

Pandangan mengenai Rijstaffel yang sangat terkait dengan kalangan kelas atas ini kelak juga akan membawa budaya ini menjadi simbol kemewahan gaya hidup di Hindia Belanda.

Adanya Rijstaffel tidak hanya sebagai simbol kemewahan tetapi juga dapat membantu meningkatkan popularitas makanan pribumi di kalangan mancanegara melalui konsep mewahnya saat disajikan.

Keberadaan Rijstaffel sering kali ditemui di pulau Jawa karena pulau Jawa merupakan pusat pemerintahan kolonial. Selain populer di kalangan belanda, konsep Rijstaffel juga kemudian perlahan mempengaruhi kebiasaan makan di kalangan para elit pribumi khususnya yang ada di jawa.

Sejak kehidupan mewah ala barat diperkenalkan oleh orang eropa, para elit pribumi juga kemudian perlahan lahan mulai mengikuti nilai nilai budaya barat salah satunya dengan mengadopsi Rijstaffel sebagai cara makan yang dianggap modern dan berkelas.

Keberadaan Rijstaffel menjadi sangat menarik sebab menawarkan sudut pandang baru mengenai dunia kuliner di Indonesia pada abad ke-19, karena masakan pribumi mendapatkan kesan istimewa yang berpadu dengan hidangan asing.

Melalui Rijstaffel juga hidangan pribumi bisa mendapatkan sentuhan modern yang mewah sehingga menyingkirkan anggapan bahwa masakan pribumi hanya untuk kalangan kelas bawah.


Banner Z Creators Undip.

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi

Sumber: Budaya Kuliner Di Indonesia Masa Kolonial 1870-1942