INDOZONE.ID - Hangzhou, ibu kota Provinsi Zhejiang, Tiongkok, dikenal luas dengan julukan "Surga Dunia" atau "Paradise on Earth". Julukan ini bukanlah tanpa alasan; kota ini menawarkan perpaduan keindahan alam, kekayaan sejarah, dan warisan budaya yang mengagumkan.
Jejak Sejarah yang Mendalam
Hangzhou memiliki sejarah panjang yang dimulai sejak era Dinasti Qin, sekitar 2200 tahun yang lalu. Pada abad ke-10, kota ini menjadi ibu kota Kerajaan Wuyue (907-978), sebuah kerajaan kecil namun berpengaruh di wilayah Tiongkok tenggara.
Kemudian, pada tahun 1132, Hangzhou mencapai puncak kejayaannya saat Dinasti Song Selatan menjadikannya sebagai ibu kota. Periode ini membawa kemakmuran besar bagi kota, menjadikannya pusat intelektual, ekonomi, dan budaya di wilayah tersebut.
Keindahan Alam yang Menawan
Keindahan alam Hangzhou tak diragukan lagi. Salah satu daya tarik utamanya adalah Danau Barat (West Lake), yang telah diakui sebagai situs Warisan Dunia UNESCO.
Baca Juga: Qingdao, kota tempat pertandingan timnas Indonesia di China yang bernuansa Jerman
Dikelilingi oleh pegunungan hijau dan taman-taman yang indah, Danau Barat menawarkan pemandangan yang menenangkan serta keanggunan yang tak lekang oleh waktu. Suasana di sekitarnya sering digambarkan sebagai inspirasi para penyair dan seniman selama berabad-abad.
Warisan Budaya yang Kaya
Hangzhou juga dikenal sebagai pusat kebudayaan di Tiongkok. Di kota ini, terdapat kuil dan masjid bersejarah yang mencerminkan pertukaran budaya yang erat antara Tiongkok dan dunia Arab. Tempat-tempat suci ini berdiri sebagai saksi bisu dari masa-masa perdagangan Jalur Sutra yang membawa pengaruh budaya lintas benua.
Kota Sutra dan Catatan Marco Polo
Julukan "Kota Sutra" disematkan pada Hangzhou karena peran pentingnya dalam produksi sutra Tiongkok sejak zaman kuno. Keindahan kota ini begitu memukau sehingga Marco Polo, petualang Eropa terkenal, menyebutnya sebagai "kota surga" dalam bukunya "Il Milione".
Baca Juga: Menakjubkannya Gunung Tianmen, Gerbang Menuju Surga di China
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: UNESCO