Setengah dari pulau New Guinea di Indonesia, juga dikenal sebagai wilayah Papua, kehilangan 748.640 hektar (1,85 juta hektar), atau sekitar 2% dari hutan tua, antara tahun 2001 dan 2019, menurut penelitian yang diterbitkan dalam jurnal tersebut. Konservasi Hayati.
Namun seiring semakin langkanya lahan di tempat lain di Indonesia, perusahaan perkebunan mulai mengincar wilayah Indonesia bagian timur, termasuk Papua, yang secara administratif terbagi menjadi dua provinsi yaitu Papua dan Papua Barat.
Pembangunan infrastruktur adalah pendorong utama deforestasi lainnya, yang dipelopori oleh proyek Jalan Raya Trans-Papua pemerintah, jaringan aspal yang memotong ribuan kilometer melintasi wilayah Papua. Proyek ini dimulai pada tahun 1979 dengan tujuan menghubungkan semua pusat kota besar di Papua, dan dipercepat setelah tahun 2000.
Baca Juga: Intip Pesona Wisata Kampung Kayo Pulo di Papua, Ada Lantai 3D yang Menakjubkan!
Menurut penelitian tersebut, Jalan Raya Trans-Papua memicu deforestasi dengan memfasilitasi kegiatan yang menimbulkan risiko bagi hutan di kawasan itu, seperti penambangan emas rakyat di kabupaten Nabire, ekspansi besar-besaran perkebunan industri di kabupaten Merauke dan Boven Digoel, dan pertumbuhan pesat kota Kenyam dan Dekai.
Studi lain, oleh Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi), LSM hijau terbesar di negara itu, menghubungkan 22.009 hektar (54.400 hektar) hilangnya hutan antara tahun 2001 dan 2019 dengan Jalan Raya Trans-Papua. Disebutkan bahwa 22% dari deforestasi ini, seluas 4.906 hektar (12.100 hektar), terjadi di zona lindung dan konservasi.
“Penurunan tutupan hutan di kawasan lindung dan konservasi berimplikasi pada hilangnya fungsi kawasan lindung sebagai sistem pendukung ekosistem di sekitarnya,” kata laporan Walhi.
ia menambahkan bahwa Jalan Raya Trans-Papua membelah atau melewati setidaknya tujuh zona konservasi di dekatnya, termasuk Taman Nasional Lorentz, Situs Warisan Dunia UNESCO.
UNESCO telah mencatat bahwa ancaman yang ditimbulkan oleh Jalan Raya Trans-Papua ke Taman Nasional Lorentz dapat menyebabkan ditetapkan sebagai Situs Warisan Dunia "dalam bahaya," dan jalan raya di dalam taman ditutup.
Direktur Eksekutif Walhi Nur Hidayati mengatakan hilangnya hutan Papua merupakan pukulan bagi upaya untuk mengekang pemanasan global melalui perlindungan ekosistem kaya karbon seperti hutan hujan.
“Papua adalah perbatasan terakhir hutan alam kita di Asia Tenggara, dan itu salah satu warisan dunia karena peran besar hutan alam ini menstabilkan iklim dan melestarikan keanekaragaman hayati,” katanya.
Baca Juga: Kenal Lebih Dekat Hutan Grime Nawa, Rumah Bagi Burung Cendrawasih Papua
Studi Konservasi Biologi memperkirakan bahwa 4,5 juta hektar (11,12 juta hektar) hutan tambahan dapat hilang pada tahun 2036.
Ini jika wilayah Papua mengikuti pola Kalimantan Indonesia, di mana hutan hujan telah diratakan untuk memberi jalan bagi ekspansi perkebunan yang cepat. didukung oleh pembangunan jalan dan dukungan pemerintah yang kuat.
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: YouTube Djarum Trees For Life