pemanasan global bisa berdampak terhadap lingkungan khususnya di Papua
INDOZONE.ID - Hari Hutan Internasional atau The International Day of Forests diadakan setiap 21 Maret di seluruh dunia.
Tujuannya: mengingatkan pentingnya hutan sebagai benteng terakhir mencegah bumi dari bencana pemanasan global atau krisis iklim.
Dilansir dari YouTube Djarum Trees For Life. Dimana Bill Gates, dalam buku terbarunya How to Avoid Climate Disaster, mengutip para ahli untuk mengilustrasikan proses pemanasan global yang kompleks. Menurut Bill Gates, bumi seperti ember yang terus menerus diisi oleh air berupa emisi karbon.
Di Forest Digest, istilah emisi karbon mengacu pada enam jenis gas rumah kaca yang mencemari atmosfer. Saat ini, jumlah emisi global rata-rata 51 miliar ton setara CO2. Jumlah emisi sudah dua kali lipat jumlah emisi jika ingin terhindar dari pemanasan global. #DefendingParadise
Pohon-pohon di hutan tropis, seperti semua tanaman hijau, mengambil karbon dioksida dari atmosfer dan melepaskan oksigen selama fotosintesis.
Mereka juga melakukan proses yang berlawanan dikenal sebagai respirasi tetapi ketika hutan tumbuh, fotosintesis melebihi respirasi, dan kelebihan karbon disimpan di batang dan akar pohon dan di dalam tanah. Ini disebut "sekuestrasi."
Baca Juga: 6 Kota yang Akan Hilang karena Pemanasan Global, Salah Satunya Ada di Indonesia
Ketika hutan ditebang, banyak dari karbon yang tersimpan itu dilepaskan ke atmosfer sebagai CO2. Inilah bagaimana deforestasi dan degradasi hutan berkontribusi terhadap pemanasan global.
CO2 dari deforestasi tropis sekarang kurang dari 10 persen dari polusi pemanasan global. Persentase ini telah turun dalam beberapa dekade terakhir, sebagian karena beberapa keberhasilan dalam mengurangi deforestasi, tetapi juga karena gas rumah kaca dari pembakaran bahan bakar fosil yang sejauh ini merupakan penyebab utama perubahan iklim terus meningkat.
Hutan ditebangi untuk membuka jalan bagi produk pertanian dan aktivitas manusia lainnya. Tetapi sebagian besar deforestasi tropis yang terjadi saat ini hanya pada empat komoditas yang diperdagangkan secara global: daging sapi, kedelai, minyak sawit, dan produk kayu.
Deforestasi di Asia Tenggara termasuk Papua juga didorong oleh produksi komoditas untuk pasar global, namun perkebunan kelapa sawit untuk minyak nabati yang menjadi faktor terpenting. Asia Tenggara juga berbeda karena memiliki lahan gambut yang cukup luas, yang melepaskan CO2 dalam jumlah besar saat dibersihkan dan dikeringkan.
Baca Juga: Viral Video Pesawat Terombang-ambing di Sorong Papua, Warga Teriak Histeris
Kawasan hutan hujan telah dihancurkan dalam dua dekade terakhir di Papua Nugini, rumah bagi kawasan hutan tua utuh terbesar di Asia Pasifik, sebuah studi baru menunjukkan.
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: YouTube Djarum Trees For Life