Museum Siwalima Maluku. (instagram/@museumsiwalimamaluku)
INDOZONE.ID - "Usu Mae Upu" adalah ungkapan yang akan menyambut para pengunjung begitu mereka memasuki Museum Siwalima.
Frasa ini berasal dari bahasa lokal dan berarti "Mari, silakan masuk." Ungkapan ini mencerminkan keramahan yang telah menjadi ciri khas masyarakat Ambon dan Maluku secara umum sejak zaman dahulu.
Kata inilah yang memulai perjalanan para pengunjung/wisatawan untuk lebih mengenal Maluku di Museum Siwalima.
Lalu, bagaimana peninggalan sejarah yang ada di dalam Museum Siwalima? Simak penjelasan lengkapnya di bawah ini.
Baca Juga: FOTO: Pantai Liang Maluku Tengah
Peninggalan Sejarah di Museum Siwalima
Peninggalan sejarah dan budaya yang ada di Museum Siwalima Maluku.
Museum Siwalima merupakan institusi penting yang menyimpan banyak informasi tentang Maluku, termasuk kekayaan alam dan budayanya.
Terletak di kawasan Taman Makmur, Desa Amasuhu, Kecamatan Nusaniwe, Ambon, Maluku, museum ini berjarak hanya 5 kilometer dari pusat kota, yang bisa ditempuh sekitar 10 menit dengan kendaraan bermotor.
Dibangun pada tahun 1973, museum ini memiliki lokasi yang eksotis di atas bukit yang menghadap langsung ke Teluk Ambon.
Nama Siwalima berasal dari bahasa daerah yang terdiri dari dua kata, yakni "Ulisiwa," yang berarti kumpulan sembilan, dan "Patalima," yang berarti kumpulan lima.
Kedua istilah ini merujuk pada sembilan kerajaan yang menguasai Maluku Selatan dan lima kerajaan yang menguasai Maluku Utara.
Dari gabungan kedua kata ini, lahirlah istilah Siwalima, yang mencerminkan kekayaan sejarah, alam, dan budaya Maluku, tanah para raja-raja.
Pendirian Museum Siwalima dimulai dari ketentuan undang-undang Belanda pada tahun 1970, yang mewajibkan Belanda untuk mengembalikan barang-barang bersejarah ke Maluku.
Barang-barang tersebut sebelumnya tertumpuk di penyimpanan dan membutuhkan lokasi yang lebih layak.
Sebuah gedung yang sebelumnya digunakan sebagai markas pasukan pembebas Irian Barat di Taman Makmur ditemukan sebagai lokasi yang sesuai.
Gedung ini kemudian diubah menjadi Museum Siwalima, yang berfungsi untuk menampilkan dan menyimpan koleksi benda-benda bersejarah yang diterima dari Belanda.
Pada awalnya, Museum Siwalima hanya menampilkan koleksi yang berkaitan dengan sejarah dan budaya Maluku.
Namun, seiring waktu, museum ini berkembang untuk juga mencakup aspek maritim Maluku dan kini dikenal sebagai Museum Kelautan Siwalima.
Museum Terbagi menjadi Dua Bagian Utama
Museum Budaya, yang menyimpan berbagai artefak dan informasi tentang budaya Maluku, dan Museum Kelautan, yang berfokus pada sejarah kelautan Ambon.
Museum ini sekarang terbagi menjadi dua bagian utama: Museum Budaya, yang menyimpan berbagai artefak dan informasi tentang budaya Maluku, dan Museum Kelautan, yang berfokus pada sejarah kelautan Ambon.
Di bagian Museum Budaya Siwalima, saya menemukan beragam peninggalan budaya dan artefak yang menggambarkan perkembangan masyarakat Maluku.
Koleksi ini mencakup pakaian adat, senjata tradisional, upacara adat, dan berbagai artefak sejarah Maluku yang tersimpan dengan baik.
Sesuai dengan kebijakan museum, penggunaan kamera dengan lampu kilat dilarang untuk melindungi benda-benda seperti kain dan foto-foto tua.
Museum ini menyediakan banyak informasi tentang kehidupan masyarakat Maluku dari masa lalu hingga kini.
Museum Siwalima berfungsi sebagai alat pendidikan yang sangat berguna bagi generasi sekarang untuk mempelajari lebih dalam tentang kehidupan Maluku di masa lalu.
Penting bagi pemerintah untuk memberikan perhatian lebih terhadap museum ini. Selain itu, masyarakat juga diharapkan dapat mengembangkan rasa ingin tahu dan semangat untuk mengeksplorasi kekayaan sejarah dan informasi terkait Maluku.
Dengan demikian, Museum Siwalima akan berperan penting dalam melestarikan dan meneruskan pengetahuan budaya serta sejarah Maluku dari satu generasi ke generasi berikutnya.
Penulis: Nadya Mayangsari