Rabu, 13 NOVEMBER 2024 • 10:30 WIB

Dampak Kenaikan Tarif Bromo: Wisata Sepi hingga Pelaku Usaha Menjerit

Author

Dampak kenaikan tarif masuk wisata Bromo.

INDOZONE.ID - Sejak diberlakukannya kebijakan kenaikan tarif masuk di Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS) pada akhir Oktober 2024, sektor pariwisata di kawasan Tosari, Kabupaten Pasuruan, mulai mengalami penurunan drastis dalam jumlah wisatawan.

Kebijakan ini berdampak langsung pada perekonomian masyarakat setempat yang sebagian besar bergantung pada arus kunjungan wisata.

Penurunan jumlah pengunjung tak hanya memengaruhi sopir Jeep yang selama ini menjadi ujung tombak transportasi di kawasan wisata Bromo, tetapi juga mengakibatkan penurunan pendapatan bagi para pedagang souvenir, pemilik warung makan, dan pengelola penginapan.

Banyak pelaku usaha kecil ini mengalami penurunan omset yang cukup signifikan, bahkan beberapa di antaranya mengaku mengalami kesulitan untuk menutup biaya operasional harian mereka.

"Dulu, setiap hari ramai, apalagi akhir pekan atau libur panjang. Sekarang sepi sekali, pendapatan turun drastis. Pedagang suvenir pun mengeluhkan hal yang sama, karena kunjungan wisatawan yang menurun berdampak langsung pada penjualan barang dagangan mereka," ungkap salah satu sopir Jeep di kawasan Bromo, kepada Z Creator.

Baca Juga: Pelestarian Bahasa Tengger dan Pelatihan Bahasa Asing untuk Pelaku Wisata di Bromo

Harapan Pelaku Usaha untuk Solusi Bijaksana

Para pelaku usaha berharap agar pemerintah dan pengelola TNBTS dapat mempertimbangkan ulang kebijakan ini, atau setidaknya mencari solusi yang tidak terlalu memberatkan masyarakat sekitar.

Selain menurunkan tarif, beberapa dari mereka mengusulkan adanya insentif atau program yang mampu menarik kembali minat wisatawan.

"Kalau bisa, ada kebijakan khusus yang memudahkan para wisatawan lokal atau paket-paket yang lebih menarik, sehingga pengunjung tetap banyak dan ekonomi masyarakat tetap berjalan,” ujar seorang pemilik penginapan di Tosari.

Masalah Infrastruktur Menghambat Kenyamanan Wisatawan

Selain tarif yang lebih tinggi, para pelaku wisata juga menyoroti persoalan infrastruktur yang belum memadai, terutama di kawasan penanjakan, salah satu spot favorit wisatawan untuk menikmati pemandangan matahari terbit.

Kemacetan sering terjadi, terutama saat musim liburan, yang membuat pengalaman wisatawan menjadi kurang nyaman. Akses jalan yang terbatas dan kurangnya fasilitas parkir juga menjadi masalah tersendiri.

Banyak pihak berharap agar perbaikan infrastruktur ini menjadi perhatian pengelola TNBTS, terutama demi memberikan kenyamanan bagi wisatawan yang rela datang dari berbagai daerah untuk menikmati keindahan alam Bromo.

Masyarakat setempat pun berharap bahwa penurunan jumlah wisatawan ini hanyalah sementara dan agar pemerintah segera mencari solusi untuk mendukung keberlanjutan sektor pariwisata di kawasan ini.

Dampak kenaikan tarif masuk ke wisata Bromo.

Baca Juga: Taman Nasional Bromo Tengger Semeru: Indahnya Lautan Awan hingga Hijaunya Padang Savana

Menanti Kebijakan yang Lebih Seimbang

Dalam situasi seperti ini, pelaku wisata hanya bisa berharap adanya kebijakan yang lebih seimbang antara kepentingan konservasi alam dan kesejahteraan masyarakat.

Sebab, pariwisata yang lestari tak hanya soal menjaga alam, tetapi juga soal memastikan kesejahteraan masyarakat di sekitar kawasan wisata.

 


Banner Z Creators.

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi

Sumber: Liputan Langsung