Rabu, 14 FEBRUARI 2024 • 19:00 WIB

Bau dan Penuh Kotoran Manusia, Pengelola Gunung Everest akan Bekali Pendaki Kantong Khusus untuk BAB

Author

Gunung Everest.

INDOZONE.ID - Pemerintah Nepal telah mengumumkan aturan baru yang memerintahkan para pendaki Gunung Everest untuk membawa kembali kotoran mereka sendiri ke base camp untuk dibuang, saat mendaki Gunung Everest.

Keputusan ini diambil sebagai upaya untuk mengatasi masalah pencemaran lingkungan di pegunungan Himalaya tersebut.

"Pegunungan kami mulai berbau busuk. Kami menerima keluhan bahwa kotoran manusia terlihat di bebatuan hingga sejumlah pendaki jatuh sakit. Ini tidak dapat diterima dan mengikis citra kami," kata Mingma Sherpa, ketua kota pedesaan Pasang Lhamu, dikutip BBC, Rabu (14/2/2024).

Karena suhu ekstrem, kotoran yang tertinggal di Everest tidak sepenuhnya terurai, meninggalkan bau tidak sedap yang menguar dan menyebabkan masalah pencemaran serius.

Menurut aturan baru ini, pendaki yang mendaki Gunung Everest dan Gunung Lhotse di sekitarnya diwajibkan untuk membawa kembali kotoran mereka ke base camp. Di sana, kantong khusus untuk buang air besar atau BAB yang mereka bawa kembali akan diperiksa oleh petugas.

Di base camp, pendaki biasanya menghabiskan sebagian besar waktunya untuk menyesuaikan diri dengan ketinggian, sebelum berjalan lebih jauh.

Baca Juga: Alasan Mengapa Wanita Harus Cobain Solo Travelling

Toilet terpisah didirikan di dekat base camp, namun saat pendaki mencapai ketinggian yang lebih tinggi, masalah toilet terbuka menjadi lebih sulit.

CEO dari organisasi non-pemerintah Sagarmatha Pollution Control Committee (SPCC) Chhiring Sherpa, menyatakan bahwa sampah kotoran manusia masih menjadi masalah besar di Everest dan pegunungan sekitarnya.

Meski tidak ada angka pasti, organisasi ini memperkirakan ada sekitar tiga ton kotoran manusia di jalur pendakian Gunung Everest.

“Setengah dari jumlah itu diperkirakan berada di South Col, yang juga dikenal sebagai kamp empat,” kata Chhiring.

Terpisah, seorang pemandu gunung internasional Stephan Keck, menggambarkan bahwa kotoran manusia menjadi masalah khususnya di South Col, yang dikenal sebagai ‘toilet terbuka’.

Dengan tinggi sekitar 7.906 meter (25.938 kaki), South Col kerap menjadi pangkalan sebelum pendaki berusaha mencapai puncak Everest dan Lhotse. Di sini, medannya sangat berangin.

“Hampir tidak ada es dan salju, jadi kita akan melihat kotoran manusia di mana-mana,” ujar Keck.

Untuk mengatasi masalah ini, SPCC telah membeli 8.000 kantong khusus BAB dari Amerika untuk digunakan oleh sekitar 400 pendaki asing dan 800 staf pendukung pada musim pendakian mendatang, yang akan dimulai pada bulan Maret.

Kantong khusus BAB ini mengandung bahan kimia dan bubuk yang dapat mengeraskan kotoran, serta dapat menghilangkan bau.

Langkah ini diharapkan akan membantu mengurangi pencemaran lingkungan di Gunung Everest dan memberikan kontribusi positif bagi kelestarian alam.

Baca Juga: Berkunjung ke Sheffield, Wilayah Bekas Pertambangan yang Kini Jadi Kota Pohon yang Ditinggali Manusia

Apalagi, diperkirakan seorang pendaki rata-rata menghasilkan 250 gram kotoran per hari. Dengan lazimnya para pendaki menghabiskan sekitar dua minggu di kamp yang lebih tinggi untuk mencapai puncak, bayangkan berapa banyak kotoran yang mereka hasilkan.

"Atas dasar ini, kami berencana membekali para pendaki dengan dua tas, masing-masing untuk digunakan lima hingga enam kali,” jelas Chhiring.

Sementara itu, presiden Asosiasi Operator Ekspedisi Nepal Dambar Parajuli menyambut baik langkah ini dan mengusulkan agar konsep ini diadopsi sebagai proyek percontohan di Everest dan kemudian diterapkan di gunung-gunung lain juga.

“Ini hal positif, dan kami dengan senang hati memainkan peran untuk menyukseskan hal ini,” ujarnya.

Di sisi lain, para pendaki gunung dan pemandu internasional sepakat bahwa penggunaan kantong BAB biodegradable ini akan membantu membersihkan gunung dan menjaga kelestarian alam.

Meskipun Nepal telah mengumumkan beberapa peraturan pendakian gunung sebelumnya, implementasinya masih menjadi tantangan.

Namun, dengan langkah baru ini, diharapkan masalah pencemaran lingkungan di Gunung Everest dapat diatasi dengan lebih baik.

Writer: Putri Octavia Saragih


Konten ini adalah kiriman dari Z Creators Indozone. Yuk bikin cerita dan konten serumu serta dapatkan berbagai reward menarik! Let's join Z Creators dengan klik di sini.

Banner Z Creators.

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi

Sumber: BBC