Bangunan lain seperti Gereja Immanuel (1835), Gedung Filateli (1913), dan Museum Bank Indonesia, juga ikut difungsikan sebagai tempat wisata edukatif.
Meski berdiri sejak zaman kolonial, pengelolaan yang baik membuat bangunan-bangunan ini tetap kokoh dan menarik minat wisatawan, baik lokal maupun mancanegara.
Upaya ini tidak hanya memperkenalkan sejarah Jakarta kepada generasi muda, tetapi juga membuktikan bahwa bangunan tua bisa memiliki fungsi baru yang bermanfaat.
Pemerintah DKI Jakarta diharapkan terus merawat warisan ini, agar nilai sejarah dan budaya yang terkandung di dalamnya tetap lestari dan dapat dinikmati sepanjang masa.
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: Jurnal Ilmiah Pariwisata Agama Dan Budaya