Konten ini adalah kiriman dari Z Creators Indozone. Yuk, bikin cerita dan konten serumu, serta dapatkan berbagai reward menarik! Let’s join Z Creators dengan klik di sini.
INDOZONE.ID - Hari Hutan Sedunia diperingati setiap tanggal 21 Maret. Saatnya generasi muda terlibat dalam menjaga lingkungan dan mengenal kearifan lokal.
Warisan leluhur sangatlah penting untuk keberlangsungan hidup manusia. Para leluhur telah berupaya untuk menjaga lingkungan melalui kearifan lokal yang sudah diterapkan sejak dulu.
Koordinator Nasional GEF SGP Indonesia Sidi Rana Menggala mengatakan, Indonesia merupakan negara dengan keanekaragaman hayati dan budaya tertinggi di dunia.
Selain itu memiliki banyak kearifan lokal dan kekayaan pengetahuan tradisional yang diwariskan turun-temurun.
“Kearifan lokal bukan hanya warisan budaya, tetapi juga solusi nyata untuk masalah lingkungan global. Melalui acara ini, kami ingin menunjukkan bahwa masa depan keberlanjutan bisa dimulai dari akar budaya kita sendiri," ujarnya dalam acara Talkshow bertajuk "Melestarikan Lingkungan melalui Peran Kearifan Lokal" di Jakarta.
Sementara itu, Aktivis Lingkungan yang juga Influencer Marsha Siagian menambahkan, generasi muda perlu dilibatkan dalam menjaga lingkungan dan kearifan lokal.
Mereka perlu diberi ruang dan tanggung jawab untuk menjaga biodiversitas yang ada di Tanah Air.
“Dulu saya mengajar generasi muda usia 18-25 tahun. Hal yang sama saya lakukan ekspedisi ke daerah masyarakat adat dan paling penting dari generasi muda ini merawat dan menerapkan kearifan lokal.
Menurutnya, generasi muda selalu mengamati sekitar dan mencari hal menarik yang relevan. Mereka juga harus mau dibuat peduli dan diberi tanggung jawab untuk bisa menjaga kearifan lokal ini.
Dia mencontohkan, di Wae Rebo NTT, masyarakat sekitar menolak kehadiran internet Starlink. Banyak pro dan kontra dengan teknologi yang dihadirkan di desa ini.
“Saya bersyukur mereka (warga Wae Rebo) gak jadi bintang TikTok, tapi menyelami adat leluhur mereka,” ungkapnya.
Keterlibatan generasi muda dalam menjaga kearifan lokal juga pernah dilakukan dalam proyek Indonesia Belajar. Ratusan mahasiswa dari berbagai universitas/lembaga di Indonesia menjadi mentor di sekolah-sekolah daerah.
“Universitas asal dan lokasi berbeda-beda, laku disatukan tempatnya. Mereka (mahasiswa) ini gak mau putus relasi di lingkungan sekitar, ikut menjaga dan menerapkan kearifan lokal,” bebernya.
Mantan Wakil Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia, Alue Dohong menjelaskan, kearifan lokal punya filosofi yang diterapkan oleh masyarakat lokal di dalam mengelola lingkungan hidup, merencanakan, dan pengetahuan.
Dia memberi contoh kearifan lokal Suku Dayak, alias suku asalnya. Alue menyebut bahwa orang Dayak itu filosofis melihat alam, hutan, dan lingkungan itu ada tiga.
Baca Juga: De Djawatan: Tempat Wisata di Banyuwangi dengan Hutan yang Eksotis
“Pertama, hutan itu dianggap ayah. Yang kedua, tanah atau bumi itu dianggap ibu. Dan yang ketiga, air itu dianggap darah. Jadi kalau hutan itu rusak, berarti dia ngerusakin ayahnya. Tanah dikontaminasi dengan polusi, berarti dia ngerusak ibu. Apalagi kalau air dirusak-rusak, dibuang limbah macam-macam, berarti dia merusak darahnya sendiri," jelasnya.
Konten ini adalah kiriman dari Z Creators Indozone. Yuk, bikin cerita dan konten serumu, serta dapatkan berbagai reward menarik! Let’s join Z Creators dengan klik di sini.
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: Liputan Langsung