INDOZONE.ID - Peneliti ahli madya dari Pusat Riset Teknologi dan Proses Pangan (PRTPP) di bawah naungan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Ervika Rahayu Novita Herawati, telah berhasil melakukan penelitian dan pengembangan tanaman kakao atau coklat (Theobroma Cacao) yang aman bagi penderita diabetes.
"Mengkonsumsi cokelat juga dapat mengontrol gula darah dan melancarkan peredaran darah. Hal ini karena kandungan flavanol di dalam cokelat," ujarnya saat melakukan pedampingan bina UKM Coklat Nglanggeran pada Senin, 26 Februari 2024.
Ervika menjelaskan bahwa selain memiliki rasa yang digemari oleh berbagai kalangan, coklat juga memiliki manfaat kesehatan, seperti mencegah penyakit jantung, kanker, dan menghambat penuaan dini, berkat kandungan senyawa flavonoid yang memiliki aktivitas antioksidan.
Baca Juga: Resep Simpel Nasi Goreng Cabe Ijo, 'Penawar' Lapar di Malam Hari yang Bikin Ketagihan
"Coklat mengandung kalsium untuk menguatkan tulang dan gigi, potasium untuk mengatur tekanan darah, magnesium untuk membantu penyerapan kalsium, dan asam phenylethylamine untuk merangsang otak mengeluarkan hormon endorfin dan serotonin yang berfungsi sebagai penenang alami untuk relaksasi," paparnya.
Dikutip dari laman resmi BRIN, penelitian ini dimulai sejak tahun 2014 oleh Ervika bersama tim dari kelompok riset rekayasa teknologi protein alternatif PRTPP, bekerja sama dengan Bank Indonesia KPW Yogyakarta dan Dinas Pertanian Kabupaten Gunungkidul.
Mereka melakukan penelitian terhadap tanaman kakao di Desa Nglanggeran, Kabupaten Gunungkidul Yogyakarta. Sebelumnya, petani kakao di daerah tersebut belum memanfaatkan biji kakao secara maksimal untuk meningkatkan ekonomi.
Baca Juga: Macam-macam Sambal Populer di Indonesia yang Menggoyang Lidah dengan Kelezatannya
Ervika menilai bahwa kualitas coklat di Gunungkidul dapat bersaing dengan coklat dari daerah lain jika proses pengolahan dilakukan dengan benar.
Namun, banyak petani yang hanya mengolah coklat sampai tahap biji kering dan langsung menjualnya ke pengepul, serta belum menerapkan proses fermentasi dengan baik.
Melihat keterbatasan alat dan pengetahuan petani dalam pengolahan biji kakao, Ervika dan timnya mulai memberikan pembinaan dan pendampingan kepada mereka, terbagi menjadi 3 cluster konsep UKM: pemetaan biji, pengolahan biji, dan verifikasi.
"Ketiganya harus saling terkait, karena jika salah satu tahapnya kurang maksimal, akan berpengaruh pada kualitas produk akhirnya," jelasnya.
Ervika juga mengembangkan coklat probiotik menggunakan dark cokelat, dengan penambahan bakteri asam laktat dan beberapa jenis gula yang aman untuk penderita diabetes.
Coklat hasil penelitian ini telah melalui berbagai pengujian fisik, kimia, dan sensoris di laboratorium, sebelum diproduksi lebih banyak. Pengujian in-vivo juga telah dilakukan pada hewan coba (tikus) diabetes, yang menunjukkan adanya penurunan glukosa darah setelah mengonsumsi coklat probiotik.
Baca Juga: Simpan Kue Kering dengan Cara Ini, Dijamin Renyah Sampai Lebaran
Menurut Ervika, coklat hasil penelitian ini memiliki nilai indeks glikemik rendah, sehingga aman untuk dikonsumsi oleh penderita diabetes.
Selain itu, pihaknya juga telah mengembangkan coklat dengan fortifikasi Fe dan Zn untuk mengatasi masalah stunting di Kabupaten Gunungkidul, menggunakan bahan lokal seperti kacang gude dan kacang tunggak.
Hasil riset tersebut telah dipublikasikan dalam jurnal ilmiah internasional dan dilindungi hak kekayaan intelektualnya dalam bentuk paten.
Ervika optimis bahwa tim risetnya siap berkolaborasi dengan industri, UMKM, dan petani kakao untuk memanfaatkan hasil riset tersebut guna meningkatkan nilai ekonomi dan memberikan alternatif coklat yang sehat dan aman bagi penderita diabetes.
Writer: Ananda F.L
Konten ini adalah kiriman dari Z Creators Indozone. Yuk bikin cerita dan konten serumu serta dapatkan berbagai reward menarik! Let's join Z Creators dengan klik di sini.
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: BRIN