Sejarah Banda Neira yang Terkenal Keindahan Alamnya di Maluku

Banda Neira

INDOZONE.ID - Banda Tangah, atau dikenal juga sebagai Banda Neira, merupakan salah satu pulau di Kepulauan Banda dan berfungsi sebagai pusat administratif Kecamatan Banda di Kabupaten Maluku Tengah, Provinsi Maluku, Indonesia.

Secara administratif, Banda Neira terbagi menjadi 12 desa, yaitu Dwiwarna, Kampung Baru, Merdeka, Nusantara, Rajawali, Tanah Rata, Lonthoir, Walang, Katoro, Kumber, Selamon, Dender, Waer, dan Pulau Hatta.

Topografi pulau ini sebagian besar datar, sehingga memungkinkan untuk dibangun sebuah kota kecil.

Pulau Banda Neira dilengkapi dengan fasilitas seperti kantor pemerintahan, toko, dermaga, dan bandara. Pulau ini memiliki populasi sekitar 14.000 jiwa.

Baca Juga: Rekomendasi Tempat Wisata Pilihan di Banda Neira, Ada Apa Aja?

Banda Neira pernah menjadi pusat utama perdagangan pala dan fuli (bunga pala) dunia, karena Kepulauan Banda adalah satu-satunya penghasil rempah-rempah tersebut yang bernilai tinggi hingga pertengahan abad ke-19.

Kota modern di pulau ini didirikan oleh anggota VOC, yang pada tahun 1621 membantai penduduk lokal untuk menguasai perdagangan pala dan membawa yang tersisa ke Batavia (sekarang Jakarta) untuk dijadikan budak.

Pulau ini juga dikenal sebagai tempat pengasingan bagi tahanan politik pada masa Pemerintahan Kolonial Hindia Belanda.

Beberapa tokoh perjuangan nasional yang pernah diasingkan di pulau ini adalah Mohammad Hatta, Sutan Syahrir, dan Cipto Mangunkusumo.

Pada tahun 2016, rumah tempat tinggal Sutan Syahrir dan Mohammad Hatta telah dijadikan museum, sementara rumah Cipto Mangunkusumo masih dibiarkan kosong.

Sejarah Istana Mini Neira & Rumah Budaya Banda Neira

Gunung Api Banda. (instagram)

Istana Mini Neira berada di Desa Dwiwarna, Pulau Banda Neira, dan dibangun pada tahun 1622.

Baca Juga: Spill Budget ke Banda Neira di Maluku Tengah, Gak Sampai 10 Juta?