Selasa, 09 JULI 2024 • 18:22 WIB

Destinasi Ramai Turis, Bali Mulai Tanam Bakau untuk Dekarbonisasi dan Kesadaran Keberlanjutan

Author

The Apurva Kempinski Bali membuat acara 'Path To Sustainable Growth.

INDOZONE.ID - Saat ini, industri pariwisata menyumbang sekitar 8% dari emisi global, termasuk dari hotel. Melalui Kemenparekraf, telah dilakukan upaya untuk mengurangi emisi hingga offsetting karbon emisi yang dilakukan dengan dekarbonisasi.

Dekarbonisasi adalah proses pengurangan emisi karbon dioksida dan gas rumah kaca lainnya untuk mengurangi dampak perubahan iklim. 
 
Alistair Speirs menjelaskan bahwa upaya dekarbonisasi di sektor pariwisata sangat penting untuk menjaga keberlanjutan industri ini di masa depan.
 
Baca Juga: Dulunya Tempat Sampah, Kampung Tua Bakau Serip Kini Jadi Desa Terbersih se-Indonesia
 
Menyoroti keberlanjutan (sustainability) dan pengelolan lingkungan dengan menghitung jejak karbon dengan menanam Bakau, The Apurva Kempinski Bali membuat acara 'Path To Sustainable Growth' dengan tema 'Dekarbonisasi' sembari menyoroti pencapaiannya dalam memelopori sertifikasi Global Sustainable Tourism Council di Indonesia.
 
Pada Rabu, 26 Juni 2024, di Nusantara Presidential Villa, acara sustainable ini meliputi diskusi para ahli, peragaan busana ramah lingkungan, dan peluang membangun jaringan relasi.
 
Diskusi panel ahli mencakup topik tantangan-tantangan dari program keberlanjutan dan dekarbonisasi, mode dan gaya hidup berkelanjutan, serta keanekaragaman hayati di dunia kuliner.
 
Pembicara-pembicara yang berpartisipasi diantaranya adalah Suzy Hutomo (Pendiri Eco-Tourism Bali), Mochamad Nalendra (Wise Steps Consulting), Intan Sari (Direktur Higiene dan Keberlanjutan - The Apurva Kempinski Bali), Fariz P. Mursyid (United Nations Development Programme), dan Antonio Umbu Soru (Jejakin Carbon Management Platform). 
 
Panel ini difasilitasi oleh Alistair Speirs (Konsultan MVB) dan membahas aspek ESG serta sertifikasi Global Sustainable Tourism Council di Indonesia.
 
Bahasan Tema Keberlanjutan dalam Berbagai Industri
 
Membahas keberlanjutan dalam mode dan perhiasan, Perancang Busana Dwi Iskandar dan Sri Utami dari John Hardy yang keduanya menetap di Bali berbagi praktik berkelanjutan mereka. 
 
Path To Sustainable Growth sebagai wadah yang juga menampilkan peragaan busana ramah lingkungan oleh Dwi Iskandar, menampilkan 24 mahakarya yang dibuat dengan kain daur ulang. 
 
Di bidang kuliner, Ade Putri Paramadita, Apurva Culinary Ambassador Executive Sous Chef Iswati Endah, dan pendiri TempeMan Benny Santoso berbagi wawasan mengenai bahan-bahan asli Indonesia dan langkah yang mereka lakukan untuk menjaga dan mempromosikannya secara global.
 
Acara ini mendukung program regeneratif Bali dengan mengalokasikan semua hasil dari penjualan tiket untuk mengimbangi jejak karbon dari acara tersebut melalui penanaman benih tanaman bakau.
 
Berdasarkan data dari Jejakin, acara tersebut menghasilkan 1,447.48 kgCO2e. The Apurva Kempinski Bali berkomitmen untuk menanam minimal 1,000 benih tanaman bakau dan akan mengajak partisipasi para tamu di Reef Beach Club dan Koral restoran untuk berpartisipasi dalam program penanaman bakau ini.
 
Kesadaran mengenai fashion berkelanjutan masih rendah di kalangan masyarakat. Sustainable fashion tidak hanya tentang penggunaan bahan ramah lingkungan seperti eco print, tetapi juga mencakup proses produksi yang bertanggung jawab. 
 
Pada 2013, runtuhnya pabrik garmen di Bangladesh yang menewaskan banyak pekerja menjadi pengingat pentingnya etika dalam industri fashion.
 
Fashion designer Dwi Iskandar menjelaskan, "Pelan-pelan harus kita bawa seperti apa yang kita bisa lakukan dari produktivitas kita sehingga lingkungan bisa kita jaga. Daripada membuang kain perca, saya ajak ibu-ibu sekitar. Saya travelling sampai ke Singaraja untuk membuat kain atau sesuatu yang baru dari bahan sisa. Banyak sekali tantangan dari sisi customer dan designer."
 
Sustainability dalam bidang perhiasan juga memerlukan perhatian khusus. Implementasi sustainability dilakukan dari pemilihan material hingga proses produksi yang ramah lingkungan. 
 
Sertifikasi seperti ISO 14001 dan 140064 menjadi standar yang memastikan bahwa produk yang dihasilkan sesuai dengan prinsip sustainability.
 
"Proses desain, peleburan perak, dan manajemen limbah perlu diperhatikan. Kita harus punya waste management system yang baik dan bekerja sama dengan vendor yang jelas dan bisa mempertanggungjawabkan sistem mereka," tambah Sri Utami sebagai perwakilan dari industri perhiasan.
 
Indonesia kaya akan rempah dan bahan pangan yang beragam. Namun, penting untuk mengadopsi prinsip zero waste seperti yang dilakukan di negara-negara dengan empat musim, di mana setiap bagian dari bahan pangan diolah menjadi produk yang berguna.
 
Di negara dengan empat musim, seperti di Eropa dan Amerika Utara, masyarakat tidak bisa menikmati berbagai jenis makanan di setiap musimnya. Mereka hanya bisa mengonsumsi makanan tertentu saat musimnya tiba. 
 
Oleh karena itu, mereka mengadopsi prinsip zero waste, di mana setiap bagian dari bahan pangan diolah menjadi produk yang layak pakai dan konsumsi, seperti batang sayur dan kulit kentang yang dijadikan produk makanan lain. 
 
Sementara di Indonesia, yang kaya akan sumber bahan pangan dan hasil panen yang melimpah sepanjang tahun, banyak bagian dari bahan pangan seperti batang sayur dan kulit kentang sering kali dibuang begitu saja. 
 
Di Bali, misalnya, banyak tempe yang tidak terolah dibuang, padahal bisa diolah menjadi produk makanan yang lezat.
 
"Sere kedelai atau yang teksturnya mirip makanan natto Jepang bila dibuat sambal akan nikmat sekali. Padahal kalau orang asing melihat, akan tertarik," jelas Benny Santoso founder TempeMan.
 
Suzy Utomo dari Eco Tourism Bali menjelaskan, "Senang sekali ada event yang bisa mencakup banyak aspek sustainability (Bali - Path to Sustainable Growth). Sustainability sederhananya planet comes first, karena kalau planet hancur, bisnis tidak ada, ekonomi tidak ada. Dari banyaknya aspek sustainability saya rasa luar biasa karena bisa diadopsi oleh masyarakat. Lebih dari 1500 hektar tahura mangrove yang menjadi jantung Bali sebagai destinasi para turis untuk mengurangi emisi karbon."
 
Baca Juga: Dukung Program Ramah Lingkungan, Oakwood Hotel & Apartment Taman Mini Hadirkan Konsep Hijau
 
Perlunya inisiatif dan komitmen nyata dalam menjalankan sustainability di berbagai sektor. Dengan adanya dialog interaktif dan inisiatif konkret, diharapkan pada event The Apurva Kempinski Bali - Path to Sustainable Growth, lebih banyak pihak yang terlibat dan mendukung upaya menjaga lingkungan untuk masa depan yang lebih baik.

Konten ini adalah kiriman dari Z Creators Indozone.Yuk bikin cerita dan konten serumu serta dapatkan berbagai reward menarik! Let's join Z Creators dengan klik di sini.

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi

Sumber: Liputan