Selain wisata pantainya yang eksotis, Pulau Belitung yang berada di Provinsi Bangka Belitung merupakan hunian bagi tarsius, hewan endemik langka dan primata terkecil di dunia.
Tarsius adalah monyet terkecil yang sering juga disebut monyet hantu karena gerakannya yang lincah serta sorot matanya yang berkilauan pada malam hari seperti hantu. Namun di siang hari hewan karnivora ini bermalas-malasan di pepohonan.
Saking kecilnya panjang tarsius hanya sekitar 10-15 cm dengan bobot tubuh enggak sampai 1 kilogram atau hanya sebesar sekepalan tangan.
Ciri lainnya adalah matanya yang besar dengan telinga yang berbentuk lebar menghadap ke depan. Leher tarsius juga bisa berputar 270 derajat seperti tidak mempunyai tulang.
Tarsius merupakan hewan monogami yang hanya hidup dengan satu pendamping. Jadi tarsius termasuk satwa langka karena perkembangannya menjadi sulit apabila pasangannya mati. Karena tarsius tidak bisa kawin lagi.
Berbeda dengan monyet pada umumnya, tarsius enggak bisa bergelayutan dan makanannya pun berbeda. Tarsius enggak makan buah-buahan melainkan burung kecil, ular, kadal atau serangga.
Mamalia bertubuh coklat kemerahan ini harus selalu menggunakan keempat tangan dan kakinya untuk berpegangan pada ranting pohon .Binatang menggemaskan ini di Pulau Belitung dinamakan Pelilean.
Di Pulau Belitung, tarsius bisa ditemui di habitatnya yang menjadi tempat konservasi, yakni di kawasan Batu Mentas, atau sekitar 20 km dari pusat kota Tanjungpandan. Batu Mentas berada di hutan lindung Gunung Tajam.
Selain di Belitung, hewan ini bisa dijumpai di Sulawesi dan Filipina. Bila tarsius Sulawesi hidup di lubang pohon, tarsius Belitung hidup di balik dedaunan dan istimewanya telinganya bisa mengolah gelombang ultrasonik sehingga jarang sekali terdengar suaranya.
Kamu cukup membayar Rp10 ribu untuk berkunjung ke habitat tarsius ini.
Kamu juga bisa bermalam di sejumlah rumah panggung yang disewakan sambil mengikuti safari night menjelajah ke habitat monyet purba ini pada malam hari.
Diperkirakan masih ada 1.000 ekor tarsius di lokasi ini.
Fauna endemik ini semakin langka karena tak jarang tarsius mati sia-sia akibat ulah para pemburu karena dianggap binatang pembawa sial.
Kehadiran tarsius yang melompat secepat kilat cukup menakutkan dan mengganggu dalam berburu.
Bikin cerita serumu dan dapatkan berbagai reward menarik! Let’s join Z Creators dengan klik di sini.
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: