Sederet Fakta Kasus Juliana Marins, Turis Brasil yang Jatuh dari Gunung Rinjani hingga Jadi Sorotan Dunia
INDOZONE.ID - Nama Juliana Marins (26 tahun) mendadak ramai menjadi perbincangan publik, baik di dalam maupun luar negeri. Pasalnya, turis asal Brasil ini terjatuh saat mendaki Gunung Rinjani di Nusa Tenggara Barat (NTB).
Banyak masyarakat internasional dan keluarga korban yang mempertanyakan lambannya penanganan insiden ini.
Berikut sederet fakta kasus Juliana Marins, turis Brasil yang jatuh di Gunung Rinjani, mulai dari kronologi pendakian, keterangan saksi, hingga fakta bahwa Juliana Marins belum juga dievakuasi setelah tiga hari ditemukan.
Baca juga: Demi Keberuntungan, Turis Ramai Raba Payudara Patung Molly Malone hingga Rusak
Kronologi Jatuhnya Juliana Marins dari Gunung Rinjani
Awalnya, Juliana Marins mengikuti pendakian bersama rombongan tur dan menggunakan jasa pemandu lokal.
Mereka melalui jalur Sembalun yang dikenal sebagai salah satu rute populer menuju Danau Segara Anak, meski medan yang dilalui cukup menantang.
Dalam perjalanan pendakian, Juliana disebut mulai tertinggal dari rombongan akibat kelelahan fisik.
Keterangan dari sejumlah saksi menyebut bahwa pemandu tidak melakukan pengecekan rutin terhadap seluruh anggota rombongan.
Akibatnya, Juliana sempat tak terlihat dan akhirnya terpisah dari rombongan tanpa ada pengawasan dari pemandu.
Informasi tambahan dari rekan satu tim menyebutkan bahwa Juliana tidak memiliki pengalaman dalam pendakian gunung.
Ia mengikuti kegiatan tersebut dengan keyakinan bahwa seluruh perjalanan akan dikawal ketat oleh pemandu.
Pada Sabtu, 21 Juni 2025, Juliana diduga yang saat itu seorang diri berada di jalur curam, terpeleset dan jatuh ke jurang sedalam puluhan meter.
Jatuhnya terjadi sekitar pukul 06.30 WITA saat ia sedang dalam perjalanan menuju puncak.
Juliana Marins Ditemukan Tersangkut di Tebing
Tim SAR gabungan menemukan Juliana dalam kondisi tidak bergerak di kedalaman sekitar 400-500 meter dari lokasi jatuh.
Menteri Pariwisata Widiyanti Putri Wardhana, dalam pernyataan resminya pada Selasa (24/6/2025), menjelaskan bahwa keberadaan korban berhasil terdeteksi melalui drone thermal milik kantor SAR Mataram.
"Diperkirakan korban dalam kondisi meninggal dunia. Saat ini tim persiapan untuk proses evakuasi," kata Widi dalam siaran pers.
Sementara itu, Kepala Balai Taman Nasional Gunung Rinjani (BTNGR), Yarman Mansur, mengungkapkan bahwa korban terpantau dalam posisi tersangkut di tebing batu curam dan tidak menunjukkan tanda-tanda gerak sejak pertama kali terdeteksi pada Senin (23/6/2025) pagi, sekitar pukul 06.30 WITA.
"Korban terlihat dalam kondisi tidak bergerak, tersangkut di tebing dengan kedalaman sekitar 500 meter," kata Yarman.
Evakuasi Terhambat karena Medan Curam dan Cuaca Buruk
Salah satu fakta paling disayangkan, proses evakuasi Juliana berjalan sangat lambat.
Hingga Selasa (24/6/2025), tiga hari setelah lokasi Juliana ditemukan, proses evakuasi masih berlangsung.
Proses evakuasi korban disebut sangat menantang. Menpar Widi menambahkan, operasi SAR dilanjutkan menggunakan helikopter, drone thermal, dan dua pendaki profesional berpengalaman, serta melibatkan koordinasi intensif dengan Basarnas, TNI/Polri, Pemerintah Provinsi NTB, dan Kedutaan Brasil.
Ketua Asosiasi Pemandu Gunung Indonesia, Imam Firmansyah, menjelaskan lokasi jatuhnya Juliana berada di medan curam dan berpasir halus, yang mudah longsor.
"Pasirnya sangat halus. Sedikit pergerakan saja bisa menyebabkan ambles dan longsor," kata Imam.
Menurutnya, Juliana diduga sempat tergelincir dan bergeser sejauh 200-300 meter sebelum akhirnya terperosok ke tebing terakhir dengan kemiringan ekstrim.
Keluarga Korban Protes di Media Sosial
Keluarga Juliana, khususnya sang adik, meluapkan amarah dan kesedihan melalui unggahan di media sosial.
Ia menyoroti lambatnya proses evakuasi dan minimnya komunikasi resmi dari pihak berwenang dalam menangani kasus tersebut.
"Tiga hari telah berlalu dan tubuh kakakku masih berada di dasar jurang. Tidak ada yang melakukan evakuasi nyata. Kami mohon agar pemerintah Indonesia bertindak," tulisnya di media sosial.
Unggahan adik Juliana itu langsung viral dan memicu simpati serta protes dari netizen, khususnya dari Brasil.
Sejumlah netizen bahkan membanjiri kolom-kolom komentar di akun resmi pejabat dan lembaga pemerintah, termasuk akun Presiden Prabowo Subianto.
Baca juga: Bandara Jepang yang Dibangun di Pulau Buatan Perlahan Tenggelam, Terancam Hilang di Tahun 2056
Kemenlu Brasil Ucapkan Bela Sungkawa
Kementerian Luar Negeri Brasil menyampaikan bela sungkawa kepada keluarga dan sahabat Juliana Marins.
"Setelah empat hari bekerja keras, terkendala cuaca buruk, kondisi tanah, dan jarak pandang di wilayah tersebut, tim dari Basarnas menemukan jenazah turis Brasil tersebut," ungkap Kementerian Luar Negeri Brasil.
"Pemerintah Brasil menyampaikan belasungkawa kepada keluarga dan sahabat turis Brasil tersebut atas kerugian besar yang disebabkan oleh kecelakaan tragis ini," sambungnya.
Sementara itu, keluarga Juliana juga mengonfirmasi kematiannya dalam sebuah pernyataan yang diunggah di media sosial.
"Hari ini, tim penyelamat berhasil mencapai tempat Juliana Marins berada. Dengan kesedihan yang mendalam, kami sampaikan bahwa dia tidak selamat. Kami sangat berterima kasih atas semua doa, pesan kasih sayang, dan dukungan yang telah kami terima," ungkap keluarga Juliana.
Jalur Pendakian Ditutup Sementara
Untuk mendukung kelancaran proses evakuasi, pihak BTNGR memutuskan untuk menutup sementara jalur pendakian Sembalun menuju puncak Gunung Rinjani sejak Selasa, 24 Juni 2025.
"Penutupan dilakukan sampai batas waktu yang belum ditentukan atau hingga proses evakuasi selesai," jelas Yarman.
Meski demikian, jalur wisata hingga Pelawangan 4 Sembalun masih dibuka. Pengunjung diimbau untuk tetap mengutamakan keselamatan dan kewaspadaan selama beraktivitas di kawasan tersebut.
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: People, Antara, Kemenpar.go.id