Museum lubang buaya. (Wikipedia)
INDOZONE.ID - Wisata gelap atau dark tourism menjadi fenomena yang menarik perhatian banyak pelancong belakangan ini.
Bukan sekadar destinasi biasa, wisata gelap membawa wisatawan ke tempat-tempat yang pernah menjadi lokasi tragedi atau kejadian tragis.
Museum Tsunami Aceh. (commonswikimedia)
Dari medan pertempuran hingga situs bencana alam, wisata jenis ini mengungkap ketertarikan manusia pada sejarah yang menyedihkan dan penuh tragedi. Apa yang membuat wisata gelap begitu menarik?
Wisata gelap merujuk pada kunjungan ke lokasi-lokasi yang berhubungan dengan kematian, tragedi, atau peristiwa menyedihkan dalam sejarah manusia.
Contoh populer dari destinasi wisata kelam, seperti Auschwitz di Polandia, Ground Zero di New York, dan Chernobyl di Ukraina.
Baca Juga: Berwisata ke Lubang Buaya di Hari Kemerdekaan Indonesia, Tempat Buang Korban G30SPKI
Tempat-tempat ini memberikan kesempatan bagi pengunjung untuk merenungkan masa lalu yang menyakitkan, sekaligus belajar lebih dalam tentang kejadian di masa lalu.
Ada beberapa alasan mengapa orang tertarik dengan wisata gelap. Pertama, rasa penasaran terhadap peristiwa-peristiwa tragis dan keinginan untuk memahami sejarah dari sudut pandang yang berbeda.
Kedua, pengalaman emosional mendalam yang sering dirasakan saat mengunjungi tempat-tempat tersebut, memungkinkan wisatawan merasakan kedekatan dengan sejarah.
Ketiga, banyak orang melihat wisata gelap sebagai bentuk penghormatan kepada para korban tragedi atau bencana, serta sebagai kesempatan untuk merenung tentang kemanusiaan.
Meski menarik, wisata gelap juga menghadirkan tantangan etika. Banyak yang berpendapat, bahwa kunjungan ke tempat-tempat kelam harus dilakukan dengan penuh rasa hormat, mengingat sejarah tragis di baliknya.
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: The Guardian