Telaga Sarangan yang selalu ramai wisatawan (Pramita Kusumaningrum/Z Creators)
Telaga Sarangan merupakan salah satu obyek wisata yang cukup terkenal di Provinsi Jawa Timur. Setiap akhir pekan atau libur sekolah, telaga yang terletak 1.200 meter di atas permukaan laut (mdpl) itu dipadati wisatawan.
Akhir pekan lalu Tim Z Creators, Pramita Kusumaningrum mampir ke Telaga Sarangan. Banyak wisatawan datang. Mereka menjajal berbagai wahana. Mulai dari speedboat hingga menunggang kuda.
Namun ternyata telaga yang terletak di lereng Gunung Lawu itu menyimpan misteri.
Beberapa sumber menyatakan jika para muda-mudi yang memadu kasih di Telaga Sarangan hubungannya tidak bakal langgeng. Mitos atau fakta?
Mereka yang berpacaran di Telaga Sarangan ‘katanya’ tidak bakal sampai ke jenjang pernikahan dan bakal bertengkar hebat.
Mereka dipercaya bisa terkena radiasi gaib di sini, yakni berupa kutukan kandasnya hubungan.
Mitos ini sudah lama dipercaya masyarakat dan sudah menjadi buah bibir. Tidak ada bukti secara ilmiah.
Penopang wisata di Kabupaten Magetan ini merupakan Telaga yang terbentuk secara alami, yang memiliki luas 30 hektar.
Uniknya, di tengah Telaga Sarangan ada sebuah pulau kecil. Penduduk setempat, mensakralkan lokasi itu. Di pulau kecil itu juga terdapat makam Kyai dan Nyai Pasir.
Keduanya adalah pasangan suami istri. Namun tidak kunjung mempunyai anak. Mereka meminta kepada Tuhan untuk mendapatkan keturunan.
Hingga akhirnya mendapat anak yang diberi nama Joko Lelung. Keluarga ini meneruskan hidup dengan mengandalkan bercocok tanam.
Kyai dan Nyai Pasir merasa berat. Sehingga meminta kembali untuk diberikan kesehatan dan umur yang panjang. Keduanya mendapatkan petunjuk. Agar doanya bisa terkabul, mereka harus bisa menemukan dan memakan telur di dekat ladang.
Nyai Pasir menemukan telur yang dimaksud. Telur itu dibawa pulang ke rumah untuk dimasak. Namun setelahnya tubuh keduanya berubah menjadi ular naga raksasa.
Dua orang yang telah berubah menjadi ular naga itu pun berguling-guling di pasir. Hal itu menimbulkan cekungan yang semakin besar dan dalam di tanah.
Kemudian dari cekungan tersebut keluarlah aliran air.
Karena keduanya mengetahui punya kekuatan besar, timbul niat jahat menenggelamkan Gunung Lawu dari cekungan raksasa.
Anak keduanya justru yang menyelamatkan itu. Joko Lelung bersemedi meminta untuk memberhentikan perbuatan kedua orang tuanya.
Keinginannya terwujud, Kyai dan Nyai Pasir berhenti membuat cekungan. Mereka berubah menjadi makhluk tak kasat mata. Tetapi cekungan yang berisi air itu menjadi Telaga Sarangan. Pasangan suami istri ini lah yang dipercaya menjaga Telaga Sarangan.
Hingga saat ini, ada tradisi Larung Tumpeng Sesaji di Telaga Sarangan. Ini merupakan tradisi turun-temurun yang diwariskan dari nenek moyang yang harus dilestarikan.
Karena dari legenda yang diyakini oleh masyarakat sekitar Sarangan, bahwa tradisi larung sesaji ini berkaitan dengan mitos asal mula Telaga Sarangan. Hal ini membuktikan bahwa keberadaan Telaga Sarangan dengan mitos-mitos yang legendaris serta kebudayaan masyarakat sekitar masih menjadi tradisi yang melekat hingga kini.
"Pemkab Magetan mewadahi tradisi itu. Kamu melakukan larung tumpeng sesaji," ujar Bupati Magetan, Suprawoto.
Bikin cerita serumu dan dapatkan berbagai reward menarik! Let’s join Z Creators dengan klik di sini.
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: