Kategori Berita
Media Network
Jumat, 20 MEI 2022 • 09:57 WIB

Masjid Ini Tetap Berdiri Meski Dihantam 3 Kali Banjir Lahar Dingin, Apa Rahasianya?

Masjid Agung Blitar. (Hasan Syamsuri/IDZ Creators)

Masjid Agung Blitar, sekilas enggak ada yang berbeda dengan masjid lainnya. Masjid ini terletak di sisi Barat Alun-alun Kota Blitar, Jawa Timur. Jika dilihat dari luar, masjid ini sama sekali tidak terlihat seperti bangunan kuno. 

Kesan pertama saat melihatnya pun justru bangunan masjid ini terlihat mentereng dan cukup estetik. Baru ketika kita masuk ke bagian dalamnya, maka kesan kuno itu akan sangat terasa. Tapi siapa sangka jika masjid berwarna biru langit ini ternyata sudah berusia 202 tahun. 

Masjid Agung Blitar. (Hasan Syamsuri/IDZ Creators)

Meski usianya sudah lebih dari dua abad, namun tegel pada ruang utama masjid ini masih menggunakan tegel yang lama. Begitu juga dengan kolom dan balok-baloknya yang juga masih menggunakan kayu jati tua yang berukuran cukup besar.

Berada di dalam masjid ini, kamu seakan dibawa ke masa lampau. Sebab desain interiornya mampu memberi kesan seakan-akan kita sedang berada di dalam sebuah keraton. Hal itu dikarenakan pada setiap kolom (pilar) kayu jatinya, dihiasi dengan ornamen dari logam tipis bermotif seperti batik dengan aksen warna hitam dan kuning keemasan.

Masjid Agung Blitar. (Hasan Syamsuri/IDZ Creators)

Dalam sejarahnya, Masjid Agung Blitar ini pertama kali dibangun bukan di lokasi yang sekarang ini. Namun di pinggir Sungai Lahar, Kelurahan Pakunden, Kecamatan Srengat pada 1820. Menariknya, meski saat itu hanya berdinding papan kayu jati, namun masjid ini mampu bertahan dari tiga kali terjangan banjir lahar dingin Gunung Kelud yang erupsi pada 1826, 1835, dan 1848.

Masjid Agung Blitar. (Hasan Syamsuri/IDZ Creators)

Namun pada banjir yang ke tiga pada 1848, masjid mengalami kerusakan parah. Bupati Blitar yang saat itu dijabat Raden Mas Aryo Ronggo Hadinegoro dan penghulu yang merangkap tetua Masjid Agung yaitu Kyai Raden Kamaludin, berinisiatif membangun ulang Masjid Agung Blitar. Namun lokasinya dipindahkan ke tempat yang sekarang demi menghindari banjir lahar dingin.

Masjid Agung Blitar. (Hasan Syamsuri/IDZ Creators)

Pada 1890, penghulu Blitar yang saat itu dijabat Kyai Imam Boerhan, berinisiatif untuk mengganti bangunan masjid yang semula berbahan kayu jati dengan bahan batu bata. Dengan persetujuan Bupati Blitar yang saat itu dijabat Raden Adipati Warso Koesoemo, maka pembangunan Masjid Agung Blitar tahap ketiga pun dilakukan.

Masjid Agung Blitar. (Hasan Syamsuri/IDZ Creators)

Dalam perjalanannya, masjid ini sempat beberapa kali direnovasi dan ditambah fasilitasnya. Seperti pada 1933, area masjid diperluas dengan penambahan serambi di kanan dan kirinya. 

Masjid Agung Blitar. (Hasan Syamsuri/IDZ Creators)

Desain ini bertahan hingga sekarang ini. Selanjutnya pada 1965 dibangun serambi bertingkat untuk memperluas daya tampung jamaah dan pada 1967 dibangun menara di sisi Utara masjid.

Bikin cerita serumu dan dapatkan berbagai reward menarik! Let’s join IDZ Creators dengan klik di sini.

IDZ Creators

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi

Sumber:

BERITA TERBARU

Masjid Ini Tetap Berdiri Meski Dihantam 3 Kali Banjir Lahar Dingin, Apa Rahasianya?

Link berhasil disalin!