Desa Nglanggeran, Kecamatan Patuk, Kabupaten Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, terpilih mewakili Indonesia dalam ajang Best Tourism Villages 2021 yang diselenggaakan oleh Organisasi Pariwisata Dunia PBB (UNWTO).
Selain Nglanggeran, dua desa lainnya yang mewakili Indonesia di ajang UNWTO 2021 adalah Desa Tetebatu di Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat; dan Desa Wae Rebo di Manggarai, Nusa Tenggara Timur.
Kali ini, Indozone akan mengajak kamu untuk mengenal lebih dekat Desa Nglanggeran, yang terkenal dengan keberadaan Gunung Api Purba.
Ada apa saja, sih, di Desa Nglanggeran sehingga desa ini jadi wakil Indonesia di ajang internasional? Yuk simak ulasan Indozone berikut.
Jika ada satu tempat yang paling mengingatkan orang-orang akan kepergian penyanyi campursari Didi Kempot, itu adalah Gunung Api Purba.
Ya, dalam lagu 'Banyu Langit', Didi Kempot menulis lirik yang di dalamnya menyebut Gunung Api Purba di Nglanggeran.
"Ademe gunung merapi purba/Melu krungu swaramu ngomongke opo/Ademe gunung merapi purba/Sing neng nglanggran Wonosari Yogjokarto (Dinginnya gunung merapi purba/Ikut dengar suaramu mengatakan apa/Dinginnya gunung merapi purba/Yang ada di Wonosari Yogyakarta)."
Menurut Heru Purwanto, anggota kelompok sadar wisata di Desa Nglanggeran, Didi Kempot menulis lagu 'Banyu Langit' itu karena terpesona dengan keindahan alam Nglanggeran setelah sebelumnya berkunjung ke sana. Ia pun tak memungkiri bahwa popularitas desanya terdongkrak berkat lagu tersebut.
"Waktu itu kami sempat bertemu di pendopo. Beliau minta pendapat dari saya," ucap Heru.
Menurut masyarakat setempat, Gunung Api Purba dahulu berada di dasar laut lalu terangkat dan kemudian menjadi daratan sejak jutaan tahun lalu.
Selain Gunung Api Purba, objek alam lainnya yang jadi andalan di desa ini adalah air terjun musiman, yang dinamai dengan Air Terjun Kedung Kandang.
Air terjun ini terletak di tengah-tengah persawahan bertingkat, di salah satu sudut terpencil di desa ini.
Untuk menuju air terjun ini, kalian harus berjalan kaki sekitar 300 meter dari lokasi parkir.
Sepanjang perjalanan menurun menuju air terjun ini, kalian akan menyaksikan betapa permai dan menentramkannya desa ini. Kicau burung, suara jangkrik dan tonggeret, terdengar begitu nyaring.
Air terjun bertingkat ini pun sangat eksotis dan Instagrammable untuk difoto dari atas persawahan.
Jika kalian suka mandi-mandi, sejuknya air terjun ini pun akan menghapus lelah kalian yang sudah berlelah-lelah berjalan kaki.
Embung yang berada di Bukit Gandu ini pada dasarnya adalah telaga buatan, yang diresmikan oleh Sri Sultan Hamengkubuwono X pada 19 Februari 2013.
Embung Nglanggeran menjadi objek wisata karena lokasinya berada di dekat Gunung Api Purba. Dari embung ini, kalian akan menyaksikan pemandangan yang begitu indah dari ketinggian.
Embung ini juga dikelilingi oleh perkebunan buah yang ditanam oleh penduduk setempat. Dari atas ketinggian embung ini, kalian juga bisa menikmati sunset pada petang hari ataupun sunrise pada pagi hari.
Kampung Pitu pada dasarnya adalah sebuah dusun yang berada di sebelah timur Desa Nglanggeran. Sesuai namanya, perkampungan ini hanya bisa dihuni oleh tujuh keluarga (KK); tak kurang, tak lebih.
Masyarakat setempat sampai sekarang masih mengkeramatkan kampung ini. Mereka tak ada yang berani melanggar aturan soal 7 KK ini. Jika pantangan itu dilanggar maka akan terjadi musibah di dalam 1 keluarga mulai dari sakit-sakitan hingga meninggal dunia.
Untuk menuju Kampung Pitu, kalian dapat menggunakan sepeda motor ataupun mobil. Namun pastikan bahwa motor kalian dalam kondisi prima karena jalanan menuju kampung ini menanjak dan berbatu-batu.
Dikutip dari situs gunungapipurba, asal mula keberadaan masyarakat yang tinggal di Kampung Pitu ini bermula ketika ditemukan sebuah pohon kinah Gadung Wulung oleh seorang abdi keraton Yogyakarta.
Di dalam pohon tersebut terdapat sebuah benda pusaka yang konon memiliki kekuatan besar. Lalu abdi dalem Keraton Yogyakarta menyampaikan tantangan kepada siapa saja yang mampu untuk merawat atau menjaga benda pusaka yang terdapat di dalam pohon kinah, akan diberi imbalan berupa tanah secukupnya untuk anak-anak keturunannya.
Pada waktu itu hanya Eyang Iro Kromo yang mampu menjalankan tantangan dari Keraton tersebut.
Namun setelah beberapa tahun kemudian benda pusaka itu tidak diketahui keberadaannya.
Setelah kejadian tersebut banyak orang-orang sakti yang berdatangan dan ingin tinggal di daerah Kampung Pitu, namun hanya tujuh orang yang kuat hidup, sementara yang lain meninggal.
Demikian beberapa hal yang menarik dari Desa wisata Nglanggeran. Sebenarnya ada banyak lagi yang bisa kalian nikmati di desa ini. Namun untuk saat ini itu dulu ya. Kalian bisa menjelajahinya sendiri jika kalian datang berkunjung.
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: