INDOZONE.ID - Perubahan iklim adalah salah satu tantangan terbesar yang dihadapi dunia adalah ketahanan pangan.
Peningkatan suhu global, perubahan pola curah hujan, serta cuaca ekstrem, seperti kekeringan dan banjir, berkontribusi pada terganggunya produksi pangan.
Hal ini tidak hanya mengancam negara-negara berkembang yang bergantung pada pertanian, tetapi juga negara maju dengan sistem pangan lebih kompleks.
Penurunan produktivitas tanaman, seperti gandum, jagung, dan padi, adalah salah satu ancaman terbesar akibat perubahan iklim.
Baca Juga: Red Bell Tawarkan Bahan Tambahan Pangan Terbaik untuk Jadi Solusi Pelaku UMKM dan Baking Lovers
Studi terbaru menunjukkan, bahwa perubahan iklim dapat mengurangi hasil panen global sebesar 10-25 persen pada akhir abad ini, tergantung pada skenario pemanasan global yang terjadi.
Di beberapa daerah, seperti Afrika Sub-Sahara dan Asia Selatan, dampaknya diperkirakan lebih parah. Sebab,daerah-daerah ini sudah menghadapi tantangan ketahanan pangan yang serius.
Selain itu, perubahan iklim juga meningkatkan risiko terjadinya gangguan pada rantai pasokan pangan. Cuaca ekstrem, seperti badai dan banjir, dapat merusak infrastruktur transportasi sehingga terjadi keterlambatan dalam distribusi pangan.
Ini meningkatkan kerentanan terhadap kelaparan dan kekurangan gizi, terutama di kalangan kelompok masyarakat yang paling rentan.
Baca Juga: Catat! Beginilah Cara Menyimpan Beras dan Nasi Putih yang Benar, agar Kualitasnya Tetap Terjaga
Salah satu solusi yang sering dibahas, adalah diversifikasi sumber pangan. Misalnya, memperkenalkan tanaman yang lebih tahan terhadap kondisi iklim ekstrem, serta mengembangkan teknologi pertanian lebih efisien dalam penggunaan air dan energi.
Namun, upaya ini harus didukung oleh kebijakan yang kuat dari pemerintah dan lembaga internasional, serta kerja sama yang erat antara sektor publik dan swasta.
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: Reuters, The Guardian