INDOZONE.ID - Wae Rebo merupakan desa adat kecil yang terletak di pegunungan terpencil, Kampung Satar Lenda, Kecamatan Satar Mese Barat, Kabupaten Manggarai, Nusa Tenggara Timur (NTT).
Desa ini lokasinya berada jauh dari perkotaan, tepatnya berada di barat daya Kota Ruteng.
Letak Desa Wae Rebo berada di ketinggian sekitar 1.000 meter di atas permukaan laut. Tempat tersebut biasa disebut dengan surga di atas awan.
Wae Rebo juga pernah menerima Top Award of Exellence dari UNESCO dalam kategori UNESCO Asia Pacific Heritage Awards 2012, yang diumumkan di Bangkok pada 27 Agustus 2012.
Selain itu Desa Wae Rebo juga termasuk 50 besar desa wisata terbaik dalam Ajang Desa Wisata Indonesia (ADWI) 2021.
Melansir dari Indonesia Travel, pendiri Desa Wae Rebo adalah seorang pria bernama Empu Maro.
Maro membangun desa tersebut sekitar 100 tahun yang lalu, lalu dilestarikan oleh penduduk lokalnya hingga sekarang mencapai keturunan generasi ke-18.
Hal unik dan menjadi ciri khas dari Wae Rebo ini adalah rumah adat Mbaru Niang yang tinggi dan berbentuk kerucut, serta tertutup ilalang lontar dari atap hingga ke tanah.
Rumah Mbaru Niang ini memiliki lima tingkat, di mana setiap tingkat dirancang untuk tujuan tertentu.
Tingkat pertama yang disebut lutur atau tenda, adalah tempat tinggal keluarga besar.
Tingkat kedua, yang disebut 'lobo atau loteng', dikhususkan untuk menyimpan makanan dan barang-barang.
Kemudian, tingkat ketiga yang disebut 'lentar' adalah tempat penyimpanan benih untuk musim tanam.
Tingkat keempat yang disebut lempa rae adalah untuk menyimpan persediaan makanan,jika terjadi kekeringan.
Terakhir, tingkat kelima dan teratas, disebut hekang kode.
Apa sih Hekang kode? Hekang kode dianggap paling suci yang menjadi tempat persembahan untuk leluhur, bagi masyarakat setempat.
Kawasan Desa Wae Rebo ini juga memiliki sumber mata air yang digunakan untuk mencuci, mandi, dan minum sehari-hari.
Sumber mata air ini bernama Sosor. Ada dua jenis sosor, yaitu Sosor Pria dan Sosor Wanita.
Dengan populasi kecil yaitu sekitar 1.200 jiwa, desa ini terdiri dari 7 rumah.
Makanan pokok penduduk desa adalah singkong dan jagung.
Namun, di sekitar desa mereka juga menanam kopi, vanili, dan kayu manis, yang mereka jual di pasar yang terletak sekitar 15 km dari desa.
Belakangan ini, Desa Adat Wae Rebo semakin populer sebagai tujuan wisata bagi para pencinta ekowisata domestik dan mancanegara.
Hal ini tentunya juga menambah kesejahteraan ekonomi desa tersebut.
Akses Menuju ke Wae Rebo
Perjalanan menuju Desa Wae Rebo akan dilakukan dengan berjalan kaki sekitar 4 hingga 5 jam.
Waktu tempuh yang dibutuhkan dapat lebih panjang, tergantung fisikmu, karena trekking akan dilakukan dengan mendaki sekitar 7 km.
Bagi para wisatawan yang ingin menuju Desa Wae Rebo dapat memulai perjalanan dari Kota Ruteng, Nusa Tenggara Timur.
Jika ingin menggunakan jalur udara menggunakan pesawat, kamu dapat menggunakan travel dari Labuan Bajo, ibu kota Kabupaten Manggarai Barat menuju Ruteng.
Tiba di Ruteng, perjalanan dilanjutkan ke Desa Denge atau Dintor dengan waktu tempuh sekitar 2 jam.
Desa Dengen merupakan desa terakhir yang dapat diakses kendaraan.
Perjalanan menuju ke Denge dapat menggunakan ojek atau truk kayu, yang biasa dijumpai di Terminal Mena dengan jam operasional 09.00-10.00.
Perjalanan selanjutnya ditempuh dengan berjalan kaki menuju Desa Wae Rebo sekitar 4 hingga 5 jam.
Tiba di Desa Wae Rebo, wisatawan menumpang di rumah adat masyarakat setempat jika ingin menginap.
Penulis: Hilwah Nur Puspitawati
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: Pinterest.com, Indonesia Travel