Putu Bambu Legendaris Kota Medan (foto/akhyar)
Di hari libur, tentunya sebagian orang-orang memiliki sebuah rencana untuk liburan. Mulai dari mengunjungi tempat destinasi wisata hingga wisata kuliner.
Berbicara tentang wisata kuliner, tentunya Kota Medan tidak kalah manariknya dengan kota-kota yang memiliki kuliner khas dan legendaris. Sebab, para wisatawan yang ingin menghabiskan hari liburnya, dapat berwisata kuliner di Medan.
Hal itu dikarenakan, Medan memiliki kuliner-kuliner legendaris, yang saat ini masih eksis dan dapat di temui di sudut-sudut Kota Medan. Mulai dari kuliner khas zaman kerajaan, Kolonial, Japan hingga saat ini.
Sebut saja pedagang kuliner Putu Bambu Asia Sudi Mampir, yang terletak di Jalan Asia Nomor 138, Sei Rengas I, Kecamtan Medan Kota, Kota Medan. Putu Bambu Asia Sudi Mampir merupakan tempat penjual kue putu legendaris.
Alasan dikatakan legendaris, karena Putu Bambu Asia Sudi Mampir ini, berdagang kue putu sejak 1962 di Kota Medan. Bahkan, saat ini pedagang kue putu tersebut merupakan generasi kedua.
Saat ditemui pemilik pedagang Putu Bambu Asia Sudi Mampir, Irfansyah Tanjung, menceritakan, sebelumnya Putu Bambu Asia Sudi Mampir hanya bernamakan Putu Bambu saja. Tidak memakai atau mengandrungi nama "Asia Sudi Mampir".
Seiring waktu berjalan, Putu Bambu tersebut laris dan berkembang pesat. Kemudian, dibuatlah nama Putu Bambu Asia Sudi Mampir pada tahu 1980-an. Sementara, nama Asia melekat sampai saat ini, karena orang-orang mengetahuinya nama jalan tempat jualan Putu Bambu tersebut.
"Kalau nama Sudi Mampir, merupakan nama yang diberi oleh pemiliknya, yaitu kedua orang tua pemilik Putu Bambu tersebut," kata Irfansyah Tanjung, Minggu, (12/9/2021).
Selain itu, ia katakan, bahwa Putu Bambu Asia Sudi Mampir awalnya berasal dari Kota Tebing Tinggi. Namun, awal mulanya Putu Bambu yang menjadi barang dagangannya dari nenek Ifansyah, yang merupakan orang Sumatera Barat merantau ke Kota Tebing Tinggi.
Setelah sampai ke Tebing Tinggi, neneknya berjualan Putu Bambu, kemudian dilanjutkan oelh orang tuanya. Setelah kedua orang tuanya sudah tidak kuat lagi berdagang Putu Bambu, barulah ia yang melanjutkan berdagang Putu di Kota Medan, Jalan Asia, Simpang Lampung Kota Medan.
Selain sebagai Putu Bambu Legendaris Kota Medan, ternyata kue Putu Bambu ini juga disenangi para wisatawan manca negara. Seperti, Singapura, Malaysia dan China, Hongkong, Thailand, serta Vietnam.
"Yang paling banyak beli itu wisatawan dari China, Hongkong. Karena, hamnpir rata konsumne kami orang Tionghoa," ujarnya.
"Karena mereka membeli penganan karena juga ingin bernostalgia masa kecilnya. Sebab punya cerita, waktu masa kecil mereka dahulunya sering beli Putu Bambu sama orang tuanya," ujarnya.
Di samping itu, Putu Bambu Asia Sudi Mampir ini, ia katakan setiap hari buka pada pukul 17.30 WIB sampai pukul 24.00 WIB.
Untuk diketahui, Putu Bambu ini merupakan kue tradisional dan melekat ditelinga masyarakat Medan dengan sebutan Putu Bambu. Sementara, Putu Bambu ini merupakan Kue putu yang bahasanya berasal dari bahasa Jawa, yaitu puthu.
Puthu ialah jenis makan tradisional nusantara yang berupa kue dengan isian gula jawa, dibalut dengan parutan kelapa, dan tepung beras butiran kasar. Kue ini di kukus dengan diletakkan di dalam tabung bambu yang sedikit dipadatkan.
Namun, komposisi dari Putu Bambu Asia Sudi Mampir, bahan dasarnya seperti Tepung Berasnya diolah sendiri, tidak membeli tempung yang dijual di toko atau yang sudah jadi. Karena menjaga kualitas kue atau Putu Bambu yang dijual tersebut.
Kue ini dijual pada saat matahari terbenam sampai larut malam. Suara khas uap yang keluar dari alat suitan ini sekaligus menjadi alat promosi bagi pedagang yang berjualan. Kebanyakan warna dari kue putu ini adalah putih dan hijau. Namun, Kue Putu Bambu Asia Sudi Mampir menjual kuenya berwarna putih.
Naturalisasi Jadi Amunisi Baru PSMS Medan, Manajemen Sudah Pra Kontrak Mamadou
Lapangan Merdeka Medan Sebagai Cagar Budaya, Ini Buktinya
Memilukan, Lihat Ibunya Dipukuli Preman, Anak Wanita Pedagang Pasar Gambir Tembung Trauma
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: