Rabu, 20 NOVEMBER 2024 • 20:40 WIB

Mengenal Kuliner Khas Batak Toba Mie Gomak, Lappet, dan Ombus-ombus

Author

  Lappet.

INDOZONE.ID - Indonesia memiliki beragam suku, seperti Sumatera Utara yang terdiri dari Suku Batak Toba, Batak Karo, Batak Simalungun, Batak Pakpak/ Dairi, Nias, Batak Mandailing, Pesisir, dan Melayu.

Keanekaragaman etnis atau suku bangsa ini tersebar di seluruh wilayah Nusantara, dengan masing-masing suku bangsa memiliki budaya khas yang membedakannya dari suku lainnya.

Salah satu ciri pembeda yang menonjol adalah berbagai jenis makanan tradisional yang berkembang dalam masyarakat tersebut.

Makanan tradisional menjadi bagian integral dari budaya, biasanya diturunkan dari nenek moyang dan memiliki karakteristik rasa serta nilai filosofi yang unik.

Baik dalam proses pembuatan, penyajian, maupun penggunaan bahan dasar dari alam setempat.

Inilah 3 makanan khas Batak yang selalu ada dalam setiap acara baik acara keluarga maupun dalam acara perkawinan Batak.

Mie Gomak

Mie Gomak.

Mie Gomak merupakan masakan khas suku Batak Toba Sumatera Utara.

Masakan ini berasal dari kawasan sekitar Danau Toba, khususnya Porsea, Balige, Laguboti, Tarutung, hingga Tapanuli Selatan.

Dimensi Mie Gomak mempunyai ukuran yang lebih besar dari mie lainnya, dengan tekstur lembut dan kenyal.

Baca Juga: Nikmatnya Dekke Naniura, Shasimi Khas Batak yang Dulunya Hanya Dimakan Raja

Kuliner Batak ini disebut “Mie Gomak”, karena disajikan dengan cara diambil dengan tangan atau dalam bahasa Batak Toba yaitu “gomak”.

Makanan ini terbuat dari mie lidi yang direbus dan disajikan berkuah, dipadukan dengan berbagai bumbu rempah-rempah.

Mie Gomak umumnya disajikan dengan telur ayam rebus untuk melengkapi rasanya.

Selain itu Mie Gomak juga dapat disajikan dalam bentuk goreng. Makanan ini dapat dikonsumsi setiap hari.

Lappet

Lappet.

Lappet adalah makanan tradisional khas suku Batak yang memiliki cita rasa dan memiliki tempat istimewa dalam budaya masyarakat Batak.

Makanan ini berasal dari suku Batak yang mendiami wilayah Tapanuli di Sumatera Utara, Indonesia.

Lappet memiliki bentuk dan rasa yang unik, serta arti dan fungsi penting dalam berbagai acara adat dan upacara tradisional suku Batak.

Makanan ini rasanya manis, dengan isian dari kelapa dan gula aren, dengan teksturnya yang kenyal.

Bahan utama lappet adalah tepung pulut, dibungkus dengan daun pisang, dan diproses dengan cara dikukus.

Biasanya hidangan ini disajikan sebagai pelengkap dalam makanan utama dan sering dihidangkan dalam upacara acara-acara spesial atau upacara adat.

Kehadiran lappet dalam acara itu memperkuat hubungan sosial masyarakat Batak Toba karena banyak disukai oleh mereka.

Baca Juga: Resep Sederhana Arsik Ikan Mas Khas Batak Sumatera Utara, Enak!

Makanan ini menggambarkan kondisi masyarakat Batak Toba, karena rasanya yang manis dianggap sebagai simbol sukacita dan pantang disajikan dalam suasana duka.

Lapet memiliki kemiripan dengan jenis makanan ombus-ombus. Perbedaan ombus-ombus dan lapet terletak pada campuran kelapanya.

Pada lappet, kelapa akan langsung dicampur ke dalam adonan. Adapun pada ombus-ombus kelapanya dijadikan sebagai isian.

Begitu pula dengan warna coklat gula yang digunakan, merupakan gula palem yang memiliki rasa berbeda dibandingkan gula merah biasa.

Ombus-ombus

Ombus-ombus.

Ombus-ombus adalah makanan khas Batak yang namanya berasal dari bahasa Batak yang berarti “ditiup-tiup”.

Makanan ini disebut ombus-ombus, karena biasanya dimakan atau disajikan dalam keadaan panas, sehingga perlu ditiup-tiup terlebih dahulu sebelum dinikmati.

Biasanya makanan ini disajikan bersama teh manis atau kopi panas. Ombus-ombus rasanya yang manis, dengan isian dari gula aren dan parutan kelapa.

Bahan utamanya tepung beras, dibungkus dengan daun pisang, dan diproses dengan cara dikukus.

Ombus-ombus sering disajikan dalam upacara adat seperti kelahiran perkawinan dan kematian.

Banner Z Creators Undip.

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi

Sumber: Multiverse: Open Multidiciplinary Journal