Rabu, 26 MARET 2025 • 11:55 WIB

Menikmati Memek, Kuliner Khas Aceh yang Menjadi Warisan Budaya

Author

Kuliner aceh

INDOZONE.ID - Simeulue, sebuah pulau kecil di Aceh, punya lebih dari sekadar pantai cantik dan ombak yang asyik untuk surfing.

Pulau ini juga punya kuliner khas yang jadi andalan, terutama pas bulan Ramadhan, yaitu memek.

Makanan tradisional ini bahkan sudah resmi diakui sebagai warisan budaya tak benda oleh pemerintah sejak 2019.

Meski nama "memek" terdengar agak unik, makanan ini punya sejarah yang penting banget bagi masyarakat Simeulue.

Di tahun 2019, pemerintah Indonesia mengakui memek sebagai warisan budaya, melalui Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 362/M/2019.

Baca Juga: Cara Buat Asam Sunti, Bumbu Dapur Rahasia Khas Aceh

Buat masyarakat Simeulue, memek itu lebih dari sekadar makanan. Memek adalah simbol kebersamaan dan ketahanan budaya.

Apalagi, saat Ramadhan, memek jadi salah satu makanan wajib yang sering disajikan saat berbuka puasa. Nggak cuma orang lokal, tapi juga banyak wisatawan yang datang ke Aceh cuma untuk coba memek.

Azwar A. Gani, Ketua PW Ansor Aceh, mengungkapkan rasa bangganya atas pengakuan ini.

Menurutnya, ini adalah kesempatan besar buat memperkenalkan memek lebih luas, bahkan sampai ke luar negeri. Generasi muda juga diajak untuk lebih peduli dan melestarikan kuliner khas daerah.

Memek ini punya sejarah yang nggak kalah menarik. Dulu, waktu zaman penjajahan Jepang, masyarakat Simeulue mengolah beras ketan dan pisang untuk bertahan hidup.

Beras ketan yang disangrai dicampur dengan pisang tumbuk, santan, dan gula, menghasilkan rasa manis, gurih, dan sedikit asin yang khas.

Baca Juga: Resep dan Cara Membuat Daging Rebus Sie Reuboh Khas Aceh

Haris Munandar, seorang pemuda dari Bireuen, bercerita kalau dia pertama kali coba memek pas ada acara kenduri.

"Rasanya itu unik banget. Tekstur beras ketan yang agak kasar, ditambah pisang lembut, itu bikin ketagihan. Apalagi kalau disajikan dingin pas buka puasa," katanya.

Selain soal rasa, memek juga punya nilai sosial yang kuat di Simeulue. Makanan ini sering muncul dalam acara kenduri atau pertemuan keluarga, jadi simbol kebersamaan.

"Buka puasa di Simeulue nggak lengkap tanpa memek. Ini udah jadi tradisi yang bikin kita makin erat," ujar Khairul Huda, seorang tokoh agama setempat.

Namun, di era modern ini, mempertahankan tradisi ini nggak gampang. Memek yang menggunakan santan segar memang mudah basi, jadi masyarakat setempat mulai mencoba cara baru supaya bisa bertahan lebih lama, seperti dengan mengemasnya menggunakan teknologi vakum.

Jadi, memek lebih dari sekadar makanan enak. Setiap suapan memek membawa cerita sejarah dan kebersamaan yang berharga. Ini adalah warisan yang perlu kita jaga, supaya budaya kita tetap hidup.

 

 


Banner Z Creators.

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi

Sumber: NU Online