INDOZONE.ID - Danau Toba, sebuah keajaiban alam yang terletak di Sumatra Utara, Indonesia, bukan hanya dikenal karena pesona alamnya yang luar biasa, tetapi juga karena kekayaan budaya yang dimilikinya.
Salah satu tradisi unik yang masih dilestarikan oleh masyarakat Batak di sekitar Danau Toba adalah ritual Mangongkal Holi.
Ritual ini merupakan bagian integral dari kehidupan sosial dan spiritual masyarakat Batak, khususnya di Pulau Samosir, yang terletak di tengah Danau Toba.
Baca Juga: Potret Warga Toraja Gelar Ritual Manene, Tradisi Mengganti Pakaian Jenazah Leluhur
Apa itu Ritual Mangongkal Holi?
Mangongkal Holi merupakan salah satu ritual adat yang terkenal di tanah Batak dan juga Sumatera Utara.
Ritual ini diawali dengan kisah nenek moyang atau leluhur, yang hadir kepada salah satu anggota keluarga, melalui pengelihatan maupun mimpi.
Kegiatan ini merupakan ritual yang dilakukan oleh suku Batak Toba, sebagai bentuk penghormatan mereka terhadap leluhur yang sudah meninggal dunia.
Ritual adat ini sudah dilakukan sejak nenek moyang orang Batak ada, dan masih berlangsung hingga sekarang ini.
Pada umumnya dalam ritual ini, seekor hewan, seperti ayam atau kerbau, akan disembelih dengan cara tertentu, dan darahnya dianggap sebagai persembahan yang menghubungkan dunia manusia dengan dunia roh.
Ritual ini sering diadakan dalam rangka acara penting seperti pesta adat, upacara pernikahan, atau dalam rangka acara keagamaan dan budaya lainnya.
Makna Spiritual dan Sosial Ritual Mangongkal Holi
Ritual Mangongkal Holi tidak hanya dilaksanakan sebagai bagian dari tradisi budaya, tetapi juga memiliki makna spiritual yang dalam.
Masyarakat Batak percaya bahwa melalui persembahan ini, mereka bisa mendapatkan restu dari leluhur dan roh-roh yang melindungi mereka.
Dalam pandangan masyarakat Batak, hubungan dengan leluhur sangat penting untuk kehidupan yang sejahtera.
Selain itu, ritual ini juga berfungsi untuk mempererat ikatan sosial antarwarga.
Upacara adat seperti ini biasanya dihadiri oleh banyak orang, baik keluarga besar maupun tetangga, dan sering kali diikuti dengan berbagai acara hiburan dan perayaan.
Kehadiran banyak orang dalam satu acara menjadi kesempatan, untuk saling berbagi kebahagiaan dan menjaga hubungan sosial yang harmonis.
Baca Juga: Pura Besakih yang Penuh Mistis, Warga Harus Sediakan Ritual Khusus Untuk Makhluk Gaib
Lokasi dan Waktu Pelaksanaan Ritual Mangongkal Holi
Ritual Mangongkal Holi umumnya dilaksanakan di daerah sekitar Pulau Samosir, yang merupakan bagian dari kawasan Danau Toba.
Samosir adalah pulau yang kaya akan budaya dan sejarah Batak, dan banyak komunitas Batak yang masih mempertahankan tradisi mereka dengan sangat kuat di sana.
Ritual ini biasanya dilaksanakan dalam rangka acara perayaan besar seperti pesta adat atau peringatan penting dalam kehidupan seseorang, misalnya pernikahan, kelahiran, atau pesta syukuran setelah panen.
Proses pelaksanaan upacara adat Mangongkal Holi, biasanya dilakukan oleh beberapa anggota keluarga yang termasuk perkumpulan para keturunan suatu leluhur.
Biasanya pembongkaran makam dilakukan langsung oleh masing-masing anggota keluarga. Ketika sudah digali, tulang belulang diangkat lalu disatukan dalam satu bangunan tugu.
Sesaat sebelum makam mulai digali dalam tradisi Mangongkal Holi, semua anggota keluarga atau pihak yang terlibat harus ikut dalam acara doa bersama sesuai tradisi agama masing-masing.
Ketika sudah selesai mengumpulkan tulang belulang yang masih utuh, para anggota keluarga akan membersihkannya dengan jeruk nipis.
Setelah dibersihkan, tulang belulang tersebut dimasukkan ke dalam peti baru. Tentu tetap satu peti untuk satu orang.
Setelah siap, peti-peti tersebut akan dimasukkan ke dalam bangunan tugu yang sesuai dengan tingkatannya. Biasanya tingkat bangunan tergantung jumlah generasi dari leluhur pemilik tugu.
Berdasarkan aturannya, tulang belulang dari anggota keluarga yang paling muda akan diletakkan di tempat lantai paling dasar. Sementara generasi paling awal akan berada di tempat yang paling atas/tinggi.
Penulis: Hilwah Nur Puspitawati
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: Wikipedia, Jurnal Karya Firman Oktavianus Dari Universitas Kristen Saty