Berbeda sama Belanda yang terkenal sebagai kota ramah pesepeda, Kota London, Inggris memang bukan tempat terbaik untuk bersepeda. Tapi pemerintah dan warga lokalnya sedang bekerja sama untuk membuat Kota London menjadi layak pesepeda.
Apalagi sejak pertengahan 2022, London dinobatkan menjadi kota dengan kemacetan terburuk di dunia. Itulah mengapa bersepeda menjadi salah satu kampanye pemerintah setempat kepada warga Kota London.
Ketika berbicara sepeda di Inggris, maka yang terbersit di benak orang Indonesia enggak jauh dari sepeda Brompton, merek sepeda yang paling diburu di Indonesia saat pandemi Covid-19 mulai melanda dunia.
Brompton pertama kali dibuat oleh Andrew Ritchie, pendiri sekaligus pembuat sepeda London barat. Ritchie mulai mendesain sepeda pada 1975 dari flatnya di South Kensington, London, yang menghadap ke Brompton Oratory, gereja Katolik Roma yang megah.
Tapi mari kita lupakan sejenak soal sepeda Brompton, Tim Z Creators, Reja Dalimunthe ingin mengajak kamu untuk menengok lebih jauh alasan bersepeda masyarakat Inggris untuk mencari solusi bukan polusi.
“Saking semangatnya warga Kota London bersepeda, musim dingin saja masih banyak yang bersepeda seperti ini, jarang terlihat kalau di negara Eropa lainnya.” Buka Reja.
Warga London, Inggris bersepeda bukan untuk gaya-gayaan. Masyarakat Inggris sadar bahwa bersepada bisa mengurangi kemacetan di London yang merupakan kota paling padat saat macet dan telah membuang waktu para pengemudinya terjebak dalam kemacetan total selama 148 jam setiap tahunnya.
Pemerintah Kota London menerangkan bahwa bersepeda di Inggris jumlahnya tercatat dua kali lipat lebih besar sejak tahun 2000. Kota London yang punya banyak traffic light menjadi salah satu penyebab kemacetan.
Dengan bersepeda, warga mampu membantu pemerintah mengurangi kemacetan sebanyak 25 persen bahkan 50 persen di area jalan utama, pada saat jam sibuk.
“Kami ingin orang-orang memilih bersepeda sebagai upaya membangun budaya yang lebih variatif saat bekerja, belajar, hidup dan berkunjung di kota ini,” seperti yang dikutip dalam laman Pemerintah Kota London.
Bersepeda sangat menguntungkan warga di London, karena sudah sejak lama, pemerintah kota menetapkan kecepatan berkendara hanya 30 km/jam hampir di setiap sudut jalan di Kota London. Sedangkan kecepatan berkendara bersepeda tidak ada aturan khusus.
Selain itu, banyak jalanan di Kota London yang memperbolehkan pesepeda melawan arus di jalan satu arah.
Pesepeda mendapatkan hak atas jalanan yang lebih dibandingkan pengguna kendaraan. Selain itu, ada banyak akses fasilitas pelayanan gratis bagi para pekerja yang bersepeda di Kota London salah satunya fasilitas pelatihan bersepeda profesional.
“Karena banyak keunggulan yang diberikan pemerintah setempat untuk bersepeda, enggak heran sih kalau wajah-wajah bule makin manis-manis aja gw liat sambil sepedaan, kayak mereka ‘happy’.” Canda Reja.
Banyak aplikasi bersepeda milik publik di Kota London, salah satunya Santander Cycle yang bisa digunakan di tengah Kota London dengan biaya hanya Rp25 ribu saja per jamnya. Kalau berlangganan, kamu hanya perlu membayar sekitar Rp300 ribu sebulan atau Rp2,4 juta selama setahun dengan pemakaian 60 menit sekali pakai.
Untuk penggunaan sepeda elektrik, harga pemakaiannya bisa 2 kali lipat dari sepeda biasa.
Usai pemakaian 60 menit sekali pakai, maka untuk 60 menit berikutnya, kamu dikenakan biaya Rp25 ribu dan seterusnya.
Sepeda harus dikembalikan dalam kurun waktu 24 jam ke pangkalan sepeda mana saja. Kalau enggak dikembalikan maka kamu akan kena denda 300 Poundsterling atau sekitar Rp5,8 juta!
Artikel Menarik Lainnya:
Balik Ekmek, Sandwich Ikan Kembung Khas Istanbul Disantap dengan Jus Acar! Gimana Rasanya?
Bentuknya Mirip Lontong, Buras Bisa Awet 3 Hari di Suhu Ruang, Penjual Ungkap Trik Awetnya
Inggris Lagi Mahal, Tapi WNI Bisa Borong Oleh-oleh Murah di Tempat Ini: Cek Lokasinya!
Cuma Lontong dan Tempe Diguyur Kuah, Tapi Kuliner Ini Melegenda di Malang: Harganya Murah!
Bikin cerita serumu dan dapatkan berbagai reward menarik! Let’s join Z Creators dengan klik di sini.
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: